Bab 3
Berlawanan
Jika kita harus mendiskusikan mengapa L sangat tak
mau merubah pikirannya untuk menolak menampakkan dirinya, kita bisa
menjelaskannya dengan sangat sederhana: melakukan itu berbahaya. Sangat
berbahaya. Selagi pemimpin dunia harus berusaha untuk menjamin keselamatan
segala pemikiran terbaik, bukan hanya untuk detektif, faktanya sistem
kemasyarakatan sekarang tidak membolehkan hal ini, dan L yakin ia tidak punya
pilihan selain melindungi pikirannya di bawah kekuasaannya. Dengan perhitungan
sederhana, kemampuan L pada tahun 2002 setara dengan lima biro penyelidikan
biasa, dan tujuh agen penyelidik (dan pada saat ia menghadapi perlawanan
terhadap Kira, angka tersebut meningkat beberapa derajat). Mudah memikirkan
alasan untuk menghormati dan mengagumi seseorang, namun biar kukukatan ini
sejelas mungkin: kemampuan lebih pada satu orang sangatlah berbahaya. Bahaya
modern pada teknik kepemimpinan yang bersandar pada banyaknya risiko, tapi
eksistensinya pasti berlawanan. Dengan kata lain, jika seseorang berencana melakukan
kejahatan, mereka bisa meningkatkan kesempatan mereka untuk menjauh dengan
sekedar membunuh L sebelum mereka memulai. Itulah mengapa L menyembunyikan
identitasnya.
Bukan hanya karena ia pemalu, atau karena ia tidak
pernah meninggalkan rumahnya. Tapi untuk memastikan keselamatannya. Bagi
seorang detektif berkemampuan L, penjagaan diri dan memelihara kedamaian dunia
adalah satu dan sama, dan tidak tepat untuk menggambarkan tindakannya sebagai pengecut
atau egosentris. Selama aku tidak secara pribadi menyukai pemikiran untuk
membandingkan mereka, jika Kira mempunyai kemampuan untuk membunuh seseorang
dengan menulis nama mereka di buku catatan baru setelahnya ia dengan susah
mengumumkan fakta itu untuk alasan yang persis sama. Orang tercerdas pun
menyembunyikan kebenaran kalau mereka cerdas. Orang bijak tidak menggunakan tanda
pengenal. Semakin banyak orang membicarakan kehebatan mereka, semakin mereka
berputusasa—pekerjaan mereka pastinya berbicara untuk itu sendiri. Jadi
kapanpun L bekerja, biasanya ia mempunyai orang lain sebagai wajah publiknya—dan
dalam keadaan utama ini, agen FBI Naomi Misora sedang mengisi peran tersebut.
Misora mengerti betul dari awal permulaannya. Bahwa ia adalah perisai L. Dan
berapa banyak yang membahayakannya langsung untuk L serahkan kepadanya… Misora
telah mencoba berkali-kali untuk mengungkap sifat asli Ryuzaki, namun tidak
peduli seberapa optimisnya ia menampakkan situasi, ia tidak pernah menunjukkan
apapapun yang lebih baik, “Mungkin saja ia tidak mendengar banyak percakapan
tersebut,” dan kecurigaan itu tidak pernah aman. Jika Ryuzaki telah memperhatikan
hubungan antara Misora dan L, dan ia membocorkan informasi tersebut di tempat
yang benar, maka Misora akan berada dalam bahaya sebelum kau bisa berkata…
bahkan sebelum kau bisa berpikir untuk mengatakan apapun, dan pemikiran itu
bahkan membuat Misora gelisah. Dan diberi kemampuan deduktif nyata Ryuzaki…
sehari setelah mereka memecahkan pesan tersembunyi di dalam kamar tidur Believe
Bridesmaid, Misora mulai bertanya-tanya jika pengambilan kesimpulannya tidak
berpedoman pada kecakapan arahan Ryuzaki. Pada saat itu, ia merasa seperti itu
semua perbuatannya. Namun memikirkannya kembali, nomor halaman itu, putaran
mengelilingi buku—ia hanya memperhatikannya karena Ryuzaki telah meletakkan
dasarnya. Apakah di sana alasan yang sebenarnya ia membaca setiap kata pada
buku itu hingga selesai? Ia tidak bisa menolak gagasan yang mana semua prestasi
ini membuat Misora merasa seperti ia mengambil bagian dalam memecahkan
teka-teki tersebut, dan Ryuzaki dengan rapi membiarkannya untuk membuat
pemecahan akhir setelah dengan seksama memecahkan segala yang lain untuknya.
Mungkin semua ini bukan apa-apa selain paranoia akan tekanan memiliki L yang
membantunya… tapi menemukan nama korban kedua pada rak buku Believe
Bridesmaid adalah nilai yang bagus bagi penyelidikannya.
Ia telah memeriksa sesudahnya, dan korban kedua satu-satunya orang di seluruh
Los Angeles yang bernama Quarter Queen ini tidak meringankannya.
16 Agustus.
Naomi Misora berada di pusat kota, di Third Avenue,
mengunjungi tempat kejadian pembunuhan kedua. Ia tidak tahu jalan di sekitar
lingkungannya, jadi ia memikirkan sebuah peta untuk menemukan jalannya ke sini.
Tanpa mengetahui kapan pembunuhan keempat akan terjadi, sebagian dari dirinya
ingin langsung datang ke sini dari rumah Believe Bridesmaid, namun ia punya hal
lain untuk diperiksa terlebih dahulu, sangat banyak bukti yang harus
diselidiki, dan mendapat masalah transportasi, ia akhirnya harus menunggu
sampai esok hari. Saat ini sudah tiga hari sejak pembunuhan ketiga—sembilan
hari, empat hari, sembilan hari, dan jika si pembunuh berencana untuk membunuh
setelah empat hari lagi, maka pembunuhan selanjutnya akan terjadi besok, tapi
ia tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin mencegahnya begitu saja. Jadi ia
hanya bisa melakukan sesuatu yang ia bisa. Mencari bukti-bukti yang membuatnya
menjadi semakin mendekati krisis.
Berdasarkan penyelidikan L, detektif bernama Rue
Ryuzaki memang benar-benar disewa oleh orang tua Believe Bridesmaid—dan bukan
hanya mereka, tapi keluarga dari korban kedua, Quarter Queen, dan korban
ketiga, Backyard Bottomslash, telah meminta Ryuzaki untuk menyelidiki perkara
itu sebaiknya. Ini sedikit terlalu bagus untuk kebenaran, dalam opini Misora,
namun jika L berkata begitu, ia harus menerimanya. Tidak ada ruang untuk
meragukannya. Bahkan L belum mengatur untuk menggali apapun tentang latar
belakang Ryuzaki, jadi ia telah diminta untuk tetap mengawasi, bekerja sama
dengan Ryuzaki dan berpura-pura mereka menyelidiki permasalahan bersama.
Apakah L benar-benar tidak mempunyai konklusi tentang
Ryuzaki sama sekali? Misora menghabiskan beberapa menit mempertimbangkan
pertanyaan ini. Barangkali menjelaskan itu padanya hanya menjadi lebih
berbahaya… Misora tidak pernah memikirkan bahwa L telah memberinya semua
informasi yang dimilikinya. Ryuzaki mungkin termasuk dalam kategori ini—boleh
jadi ini juga ketakutan tidak beralasan. Ryuzaki tentunya curiga, namun ia
belum melakukan apapun yang jahat secara terbuka, jadi itu tidak dilalui.
Pemikiran akan melihat Ryuzaki merangkak mengelilingi
tempat kejadian dengan kedua kaki dan tangannya lagi hari ini tak dapat
disangkal membuatnya muram (ia telah bermimpi buruk tentang itu. Biasanya
Misora membutuhkan waktu selamanya untuk bangun, namun bagian dari mimpi itu
membuatnya bangun mendadak dari tempat tidur). Dan pada saat itu, 16 Agustus,
jam sepuluh pagi… Naomi Misora diserang.
Ia tengah mengambil jalan pintas melalui gang yang
sepi ketika seseorang memukulnya dari belakang dengan pentungan. Atau lebih,
gagal memukulnya—karena ia menunduk tepat waktu, dan menghindarinya. Pentungan
adalah senjata ringan—masalah yang sangat mudah, yang terdiri dari tak lain
hanya tas kecil berisi pasir. Hal itu benar-benar membuatnya sangat mudah untuk
disembunyikan, dan merupakan senjata efektif yang tak dapat disangkal. Ia
mendengar senjata itu membelah udara sampai mengenai rambutnya. Misora sudah
berada dalam bahaya sejak ia setuju untuk menjadi tangan, mata, dan perisai L,
jadi ia tidak begitu terkejut, dan bereaksi cepat. Itu menyebabkan segala pemikiran
tentang Ryuzaki langsung keluar dari pikirannya, yang mana ia baik dengan itu.
Misora membentur aspal dengan kedua tangannya, mendorong ke bawah untuk
menguatkan kakinya berputar naik ke samping dengan terbalik, mengarahkan
kakinya ke arah dagu penyerang. Tidak kena. Tapi tak masalah—tujuan utama
gerakan ini telah memutar balik dirinya dan dapat melihat penyerangnya. Hanya
ada satu, dan orang itu menggunakan topeng. Ia terkejut karena tidak ada
bantuan, tapi tambahan untuk pentungan, orang itu membawa tongkat kokoh di
tangan kirinya, membuatnya jelas dalam keadaan merugikan. Ini bukan penjahat
biasa. Sama seperti sebelumnya, Misora tidak mempunyai senjata. Dan, sudah
jelas, tidak ada lencana ataupun manset tangan. Kabur akan menjadi pilihan yang
paling logis, tapi Misora bukan sejenis kepribadian mengundurkan diri yang
membolehkannya lari saat diserang. Julukannya di FBI adalah Misora Si
Pembantai, yang pastinya, ada beberapa gelar kebencian dibalik namanya, namun
itu bukan seluruhnya tanpa alasan. Ia melompat ke atas, mendarat dengan kaki
yang berbeda, tangan kanannya di depan wajahnya dan pusat gravitas rendahnya,
menghadapi penyerangnya dan mengayunkannya sebentar, siap untuk bertarung.
Orang itu ragu untuk beberapa saat ketika melihat
sikap mentalnya, namun kemudian mengayunkan itu padanya—bukan pentungan, tapi
tongkatnya. Tubuh atasnya berayun, menghindarinya—dan kemudian ia melakukan
semacam gerakan meroda melintasi lebar gang sempit itu, bermaksud untuk
menghempaskan tumitnya ke arah pelipis si penyerang. Ia menghindarinya lagi,
namun pertarungan mereka berakhir. Misora tidak bermaksud untuk kabur, namun
lawannya tidak terlihat berapi-api. Ketika Misora mendapatkan kakinya, orang
itu berbalik dan melarikan diri. Misora sempat mempertimbangkan untuk mengejarnya
dan mengambil dua langkah pada arah tersebut sebelum mengurungkan ide itu. Ia
cukup yakin penyerangnya adalah seorang
laki-laki. Ia juga yakin ia bisa berkelahi dengannya, namun tidak dengan balap
lari. Ia bukan pelari yang kuat. Ia tidak mau menghabiskan tenaganya.
Ia menyisir rambutnya ke belakang, mengeluarkan
ponselnya, dan menghubungi L. Telepon berdering, namun tak seorang pun
menjawab. Detektif terhebat di dunia adalah orang yang sibuk, dan kemungkinan
sulit untuk dijangkau keluar beberapa kali. Beruntungnya, ia tidak terluka,
jadi laporan bisa menunggu. Barangkali mendapat adegan kejahatan dengan cepat
adalah ide yang lebih baik dengan diserang seperti ini hanya meningkatkan
kecurigaan Misora terhadap Ryuzaki. Tidak mungkin menceritakan jika
penyerangnya adalah seseorang yang terlibat dalam kasus, atau seseorang yang
sama sekali tidak melakukannya karena
itu tapi tahu tentang hubungannya dengan L, tapi bagaimanapun juga, berdasarkan
waktu penyerangan, keganjilan Ryuzaki untuk terlibat sangat tidak rendah.
Mungkin ia harus mengeceknya sendiri, daripada meninggalkan penyelidikan pada
L… jika hanya untuk penjagaan diri. Ia menimang-nimang untuk memanggil Raye, dan membuatnya
memeriksanya secara rahasia, tapi pertama Misora meninggalkan gang itu di
belakang.
Sesuai harapan, Naomi Misora tidak menyusulnya.
Ia meninggalkan gang itu dan melompat ke dalam sedan
yang ia tinggalkan di jalan raya dengan mesin menyala. Ia mengubah sedikit
sudutnya dengan cepat dan memeriksa cermin belakang kemudian memarkir di arena
yang ia pilih di depan. Sedan itu adalah mobil curian dan tidak akan kembali
padanya, jadi ia berencana untuk meninggalkannya di sini. Salah satu mata pada
kamera pengawas, ia meninggalkan arena parkir dengan berjalan, meninggalkan
topeng, pentungan, dan tongkat di belakang mobil. Ia telah mendorong semuanya
di bawah tempat duduk. Tanpa meninggalkan sidik jari.
Ia tidak pernah berencana untuk melakukan apapun pada
Naomi Misora hari ini, tidak di sana. Ia hanya membuat penialian padanya, untuk
menguji kemampuannya. Ia menyerang dari belakang, namun tidak bermaksud untuk
menyakitinya dan tentu, ia tidak bermaksud untuk membunuhnya.
Jadi tidak mungkin ia akan mati. Ia tahu Misora akan
menghindarinya.
Biarpun begitu, bahkan dalam pikirannya, wanita itu
mengesankan. Menghindari serangannya bahkan tanpa berputar balik, dan bergerak
cepat untuk sebuah serangan darinya—ia bisa melihat mengapa L menggunakan
Misora sebagai pionnya. Ia mempunyai kepintaran dan ketekunan sebagaimanan
mestinya.
Ia memang berhak.
Ia patut menjadi lawannya.
Si penyerang meretakkan lehernya.
Dan dengan kepala yang masih berada pada sudut yang
aneh, ia berjalan turun ke jalan. Si penyerang Misora…
Orang dibalik Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles,
Beyond Birthday, berjalan menuruni jalan sambil menyeringai kejam.
“Ah, Misora. Anda terlambat,” ujar Ryuzaki tanpa
memutar tubuhnya, ketika Misora memasuki apartemen 605 di mana Quarter Queen
tinggal. “Tolong usahakan untuk tepat waktu. Waktu adalah uang, dan karena
itulah kehidupan.”
Hahh…
Ia tidak sedang merangkak. Misora baru saja datang
ketika Ryuzaki memeriksa rak atas laci. Tapi sulit memikirkan ini pada waktu
yang bagus. Laci itu pasti terisi dengan pakaian dalam anak tiga belas tahun.
Ryuzaki terlihat tidak seperti seorang detektif yang memeriksa tempat kejadian
daripada pedofil yang mencuri celana dalam. Bukan cara terbaik untuk memulai
hari. Misora telah berencana untuk menyalurkan frustasinya dari pertarungan di
gang menjadi pendekatan agresif yang wajar pada Ryuzaki, tapi orang itu sudah
merebut permadaninya dari bawahnya. Jika itu disengaja, ia akan terkesan
padanya, tapi nampaknya tidak seperti itu. Lebih terlihat seperti Ryuzaki
sebenarnya mempunyai ketertarikan terhadap celana dalam anak-anak.
Misora menghela napas lagi, melihat sekeliling
ruangan—keseluruhan apartemen ini lebih kecil dari kamar tidur Believe
Bridesmaid. Standar untuk tinggal sendirian membuatnya sulit untuk melihat
hubungan apapun antara korban pertama dan kedua.
“Kita sedang membicarakan seorang single mother di
sini, bukan? Yang sekarang pindah kembali dengan orang tuanya? Itu pasti mengenaskan…”
“Ya. Apartemen ini dibangun untuk anak kuliahan,
dimaksudkan untuk tempat satu orang, jadi seorang gadis dan ibunya yang tinggal
di sini menarik cukup sejumlah perhatian. Saya telah bertanya sedikit di
sekitar sini tadi pagi, dan mendengar banyak hal menarik. Tapi kebanyakan hal
itu sudah ada dalam laporan polisi yang Anda tunjukkan kemarin. Ibunya berada
di luar kota saat pembunuhan itu, dan tubuhnya ditemukan oleh gadis kuliahan
yang tinggal di sebelah rumah. Ibunya pertama kali melihat jasad anaknya di
kamar mayat.”
Seraya mendengarkan Ryuzaki berbicara, Misora
memeriksa lubang dinding di mana Wara Ningyo dipakukan. Dari keempat dinding,
dinding depan dengan sebuah pintu—tidak memiliki lubang, namun ketiga yang lain
ada. Seperti kamar Believe Bridesmaid, lubang itu menunjukkan lokasi bonekanya.
“Ada sesuatu yang mengganggu Anda, Misora?”
“Ya… kemarin, kita…” kata Misora, menekankan bentuk
jamaknya, “…kita menguraikan isi sandi pesan yang sang pembunuh tinggalkan di
tempat kejadian pembunuhan pertama, tapi… Wara Ningyo dan ruangan terkunci
masih menjadi misteri.”
“Ya,” ujar Ryuzaki, menutup pintu tersebut dan
merosot ke bawah dengan kedua kaki dan tangannya.
Namun tidak seperti tempat yang pertama, ada dua
orang yang tinggal di ruangan ini, dan ada cukup banyak perabotan—tempat
tersebut berantakan. Itu terlihat agak
sulit untuk merangkak berkeliling. Meskipun begitu, Ryuzaki tetap melakukan,
dan meninggalkannya seperti itu di semua jalan pada sisi lain ruangan. Misora
berharap ia akan menyerah.
“Tapi Misora, saya tidak berpikir itu bernilai
menghabiskan banyak waktu pada persoalan ruangan terkunci. Ini bukan novel
misteri—berbicara secara realistis, cukup mungkin ia dengan mudah menggunakan
kunci cadangan. Tidak ada kunci yang tidak bisa diduplikasi.”
“Cukup benar, tapi apakah kau benar-benar berpikir
pembunuh ini akan melakukan sesuatu yang begitu membosankan? Tidak ada perlunya
untuk membuat ruangan terkunci pada tempat pertama. Tapi ia melakukannya
bagaimanapun juga. Dalam hal ini, mungkin seperti sebuah puzzle…”
“Puzzle?”
“Atau semacam permainan.”
“Ya… ya, mungkin…”
Misora melihat ke belakang pintu tempat ia datang
tadi. Modelnya berbeda dari tempat pembunuhan pertama (perbedaannya antara
pintu depan apartemen dan pintu dalam rumah), tapi bentuk dan ukurannya pada
dasarnya sama. Kunci umum, mudah dibuat—sangat mudah untuk dihancurkan dengan
mengebor pintunya dan memutar grendel pintu dari dalam (dikenal sebagai tombol
pengunci) tapi pada kenyataannya, tidak ada lubang di pintu sama sekali dari
ketiga tempat kejadian.
“Apa yang akan kau lakukan, Ryuzaki? Jika kau mencoba
mengunci pintunya dari luar?”
“Pakai kunci.”
“Bukan, bukan seperti itu… jika kau kehilangan kuncinya.”
“Pakai kunci cadangan.”
“Tidak, bukan itu… kau tidak punya kunci cadangan,
bagaimanapun.”
“Maka saya tidak akan menguncinya.”
“….”
Bukan karena Ryuzaki salah.
Misora ke luar dan membuka pintunya.
“Jika ini novel misteri… ruangan terkunci selalu diciptakan
oleh trik, seperti dengan jarum dan benang, atau… maksudku, kita bisa
menyebutnya ruangan terkunci, tapi itu hanyalah ruangan biasa, jadi tidak
pernah terjamin. Tidak seperti rak buku Bridesmaid—ada banyak celah dan sela di
sekitar bingkai. Benang bisa masuk dari bawah dengan mudah… menggerakkan
sedikit benang di bawah pintu, dan mengikatnya ke pinggir grendel, lalu
menariknya…”
“Mustahil. Celahnya tidak sebesar itu, dan sudutnya
akan menolak gaya yang berlaku. Anda bisa mencobanya, namun terlalu banyak
benang yang akan ditekan pada pintu. Sebelum Anda dapat memutar grendelnya,
semua tenaga yang Anda gunakan padanya akan terganggu dengan menarik pinggir
pintu. Menarik pintu ke arah Anda.”
“Yah… tapi kunci sederhana ini tidak meninggalkan
banyak ruang untuk trik. Pintu di novel detektif biasanya punya banyak hal yang
lebih rumit.”
“Ada banyak cara untuk membuat ruangan terkunci. Dan
kita tidak bisa mengatur kemungkinan bahwa ia mempunyai kunci. Dan yang lebih
terpenting, Misora, pertanyaan dari mengapa sang pembunuh membuat ruangan
terkunci. Ia tidak perlu membuatnya, tapi ia melakukannya bagaimanapun juga.
Jika ia membuat sebuah puzzle, mengapa ia melakukannya?”
“Sebagai permainan. Untuk kesenangan.”
“Mengapa?”
Kau bisa menanyakannya tentang yang manapun ini.
Mengapa mengirim teka-teki silang ke LAPD, mengapa
meninggalkan pesan di rak buku… dan hampir semuanya, mengapa membunuh tiga
orang? Jika si pembunuh mempunyai motif yang jelas, maka apakah itu? Bahkan
jika si pembunuh serampangan, sesuatu harus menjadi penyebabnya… L telah
mengatakannya begitu. Tapi mereka masih tidak mempunyai idea pa yang
menghubungkan para korban bersama.
Misora bersandar pada dinding dan mengeluarkan
beberapa foto dari tasnya.
Gambar korban kedua yang terbunuh di ruangan ini—seorang
gadis pirang, menggunakan kacamata, terbaring pada wajahnya. Dilihat lebih
dekat, kepalanya dipenyokkan dengan semacam senjata, dan kedua matanya
dicongkel keluar. Matanya dihancurkan setelah ia mati—seperti sayatan pada dada
Believe Bridesmaid, ini adalah mutilasi mayat, dengan tidak berhubungan dengan
penyebab kematiannya. Misora tidak mengerti apa yang pembunuh itu gunakan untuk
menghancurkan matanya, tapi mencoba untuk membayangkan keadaan mental orang
yang bisa mencongkel keluar mata seorang gadis manis membuat Misora merasa
sedikit muak. Misora mungkin seorang agen FBI, tapi ia tidak cenderung untuk
menemukan kebenaran—tapi ada beberapa hal yang tidak hanya tak termaafkan. Apa
yang telah si pembunuh lakukan pada korban kedua sangat jelas masuk ke dalam
kategori itu.
“Membunuh seorang anak… betapa mengerikan.”
“Membunuh orang dewasa juga mengerikan, Misora.
Membunuh anak-anak atau orang dewasa—sama-sama mengerikan,” kata Ryuzaki, tidak
terpengaruh, hampir acuh-tak-acuh.
“Ryuzaki…”
“Saya telah memeriksa segalanya sekali,” kata
Ryuzaki, berdiri tegak. Ia menggosokkan tangannya ke celana jeansnya. Rupanya
ia sedikitnya sadar bahwa merangkak berkeliling di lantai akan membuat
tangannya kotor. “Tapi saya tidak menemukan uang sama sekali.”
“Kau mencari-cari uang?” Seperti seorang pencuri.
Yang sangat mencolok.
“Tidak, hanya berjaga-jaga. Salah satu kemungkinan
bahwa si pembunuh mencari uang, tapi dalam keadaan ini, korban kedua dengan
mantap lebih miskin dari korban pertama dan ketiga. Ada kemungkinan mereka
menyembunyikan sesuatu, tapi rupanya tidak. Mari kita istirahat sejenak. Apakah
Anda menyukai kopi, Misora?”
“Oh… tentu.”
“Sebentar,” ujar Ryuzaki, mengarah ke dapur. Misora
ingin tahu jika Ryuzaki mempunyai selai di dalam kulkas lagi namun memutuskan
bahwa ia tidak peduli. Ia membuang arah pemikiran itu, dan duduk di atas meja.
Entah bagaimana ia lupa pada waktunya untuk memberitahu Ryuzaki tentang
penyerangan tadi. Oh, baik. Ia mungkin sebaiknya menghindari untuk
menyebutkannya, dan melihat bagaimana reaksinya. Ia tidak punya bukti
penyerangnya akan melakukan sesuatu dengan Ryuzaki, tetapi tidak
menceritakannya membuat hal itu lebih mudah baginya untuk memberi penjagaan
terhadap orang itu.
“Ini dia.”
Ryuzaki kembali dari dapur, membawa sebuah nampan
dengan dua cangkir kopi di atasnya. Ia meletakkan satu di depan Misora dan yang
satunya di seberangnya, kemudian menarik kursi dan mengambil posisi duduk aneh
yang telah ia pertunjukkan di hari sebelumnya, dengan lututnya ditarik di depan
dadanya. Mengabaikan urusan tatakrama, terlihat sangat sulit untuk duduk
seperti itu—atau apapun itu? Misora terheran-heran, dan menyesap kopinya.
“Augh!” pekiknya, menyemburkan kopi itu keluar.
“Uhuk… hack… urrghhh…”
“Ada yang salah, Misora?” tanya Ryuzaki, sambil menyesap
cangkirnya tanpa dosa.
“Saat ada sesuatu yang masuk ke mulut Anda,
seharusnya tidak menyemburkannya keluar seperti itu. Dan erangan mengerikan
tadi tidak dapat berbuat apa-apa untuk kesan Anda, pun. Anda cukup cantik, jadi
Anda boleh mencoba untuk menampakkan diri Anda dengan sesuai dengannya.”
“M-manis yang mematikan… beracun!”
“Bukan racun. Gula.”
“….”
Jadi kau sang pembunuh?
Misora melihat isi cangkirnya… yang mana hanya
sedikit cairan daripada gula. Lebih seperti gula yang larut dalam kopi daripada
gula yang dibasahi kopi—lengket, seperti agar-agar yang banyak berkilauan
dengan berwibawa di dalam cangkirnya. Selama perhatiannya telah terganggu oleh
postur Ryuzaki, ia membiarkan zat ini untuk menyentuh bibirnya…
“Aku merasa seperti meminum kotoran.”
“Tapi kotoran tidak semanis ini.”
“Kotoran yang manis…”
Terdengar seperti sebuah rintisan. Perasaan berpasir
yang kejam di dalam mulutnya tidak akan menjauh. Diseberangnya, Ryuzaki
menyesap kopi itu habis dengan bahagia… menelannya. Rupanya ia tidak ingin kopi
Misora dengan cara ini terbuang belaka, tapi ini, menurut pandangannya, banyak
gula yang normal sempurna. “Whew… kopi selalu membuatku bangkit,” kata Ryuzaki,
menghabiskan kopinya dan apa yang seharusnya paling sedikit dua ratus gram gula
murni. “Jadi sekarang, kembali ke urusan.”
Misora akan senang untuk bangkit dan pergi membasuh
keluar gula yang ada di mulutnya, namun ia mencoba untuk mengabaikan dorongan
hati. “Pergilah duluan,” ujarnya.
“Tentang hubungan yang hilang.”
“Apa kau menemukan sesuatu?”
“Kelihatannya si pembunuh sebenarnya bukan mencari
uang… tapi tadi malam, setelah saya meninggalkan rombongan Anda, saya
memperhatikan sesuatu yang menarik. Hubungan antara korban yang tak seorangpun
akan memilihnya.”
“Apa?”
“Inisial mereka, Misora. Ketiga korban mempunya
inisial yang agak unik. Believe Bridesmaid, Quarter Queen, Backyard
Bottomslash. B. B., Q. Q., B. B. Kedua nama pertama dan terakhir mereka dimulai
dengan huruf yang sama… apakah itu, Misora?”
“Tidak ada apa-apa…”
Hanya itu semua? Kekecewaannya telah jelas
ditunjukkan di wajahnya dan menyela arah pemikiran Ryuzaki, tapi ia bahkan
tidak bersusah-susah untuk mencoba dan menutupi. Sungguh pemborosan waktu tidak
berguna. Misora sudah memperhatikannya saat pertama kali ia melihat nama korban.
Itu tidak bernilai untuk membawanya seperti ini. “Ryuzaki… apa kau tahu berapa
banyak orang dengan nama yang huruf awalnya sama di dunia? Di Los Angeles?
Hanya ada dua puluh enam huruf dalam alfabet, yang berarti dengan perhitungan
yang sangat kasar tentang satu dari dua puluh enam orang memiliki nama seperti
itu. Bahkan tidak bernilai menyebutnya hubungan.”
“Oh? Dan saya pikir saya menemukan sesuatu,” ujar
Ryuzaki, patah hati. Sulit untuk mengatakan berapa banyak reaksinya yang asli.
Ia tampak merajuk, sifat yang mana, padanya, tidak
manis sama sekali. Dan benar-benar buruk sekali untuk menunjukkan dirinya.
“Maksudku, kau sendiri Rue Ryuzaki—R. R.”
“Oh! Saya tak memperhatikannya.”
“Ini tidak ada artinya.”
Misora seharusnya tidak pernah mengharapkan apapun
yang lain darinya. Semua omong kosong tentangnya yang mengarahkannya melalui
deduksi kemarin bukanlah apa-apa tapi paranoia.
R. R.?
“Misora.”
“Eh? Oh, apa?”
“Selama deduksi saya mulai tak ada apapun, apakah
Anda mempunyai ide yang bagus?”
“Tidak, tidak terlalu. Aku sama buntunya sepertimu…
tidak bisa memikirkan sepanjang tindakan asli kecuali mencari pesan yang lain.
Aku merasa seperti sedang menari di atas telapak tangan si pembunuh, yang
sangat menjengkelkanku, tapi…”
“Kalau begitu mari kita menari. Memainkan permainan
musuh Anda hingga ia rileks dan membiarkan jatuhnya petunjuk adalah strategi
bagus yang sempurna. Jadi, Misora, jika ada pesan di sini… lalu di mana?”
“Baiklah, kita bisa setidaknya menebak isinya.
Barangkali pesannya memiliki nama korban ketiga, atau alamatnya. Teka-teki
silang itu mengarah pada kasus pertama, halaman buku mengarah pada kasus kedua,
jadi…”
“Ya, saya setuju.”
“Tapi dimana pesan itu disembunyikan, aku tak tahu.
Jika kita bisa menemukan semacam motif, itu akan membantu kita menangkapnya,
tapi…”
Sesuatu yang seharusnya di sini, tapi tidak ada.
Ryuzaki sudah menggambarkannya dengan cara itu.
Menunjuk pada korban, dan rak buku.
Apakah ada sesuatu seperti itu di sini? sesuatu yang
seharusnya di sini, tapi tidak ada? Sesuatu yang seharusnya di sini tapi tidak
ada di sini mulai terdengar seperti secarik ilmu bahasa Mobius.
“Jadi,” kata Ryuzaki. “Jika apapun yang kita cari
akan dengan mudah menunjukkan kita pada korban ketiga, maka boleh jadi itu akan
lebih efektif jika kita melewati tempat ini dan pergi tepat pada yang ketiga.
Setelah semuanya, tujuan kita adalah untuk mencegah pembunuhan keempat sebaik
memecahkan kasus.”
“Yah.”
Misora satu-satunya yang menunjuk kesempatan pada pembunuhan keempat…
tapi reaksi Ryuzaki telah memberi kesan ia telah menyadari kemungkinan ini,
yang mana adalah mengapa ia ragu sekarang.
“Pembunuhan ketiga telah terjadi, dan kita tidak bisa
mencegahnya, tapi ada kesempatan kalau kita bisa menghentikan yang keempat.
Disbanding menghabiskan waktu mencari pesan ketika kita sudah tahu apa yang
dikatakannya, akan jauh lebih memabngun untuk melihat pesan yang mengarahkan
kita pada korban keempat.”
“Tapi itu hanya perasaan yang sangat tunduk… seperti
kita mengikuti arahannya. Maksudku kita mungkin kehilangan petunjuk penting
pada identitasnya jika kita melewati ruangan ini. Bahkan jika tidak ada bukti
yang jelas, kita mungkin merasakan prasangka yang akan membantu kita nanti. Aku
setuju bahwa mencegah korban keempat itu penting, tapi jika kita fokus terlalu
banyak padanya, kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapat agresif, untuk
mengontrol keadaan.
“Jangan khawatir. Saya yang teratas.”
“Teratas?”
“Yang paling agresif,” kata Ryuzaki. “Saya tidak
pernah sekalipun untuk tunduk. Salah satu dari beberapa hal yang bisa saya
banggakan. Saya bahkan tidak pernah patuh pada rambu lalu-lintas.”
“Kau benar-benar harus mematuhinya.”
“Tidak pernah.”
“Mencegah pembunuhan keempat seharusnya mengarahkan
kita langsung untuk mengidentifikasi dan menangkap si pembunuh. Ini apa yang
klien saya inginkan, lebih dari apapun. Tapi saya mengerti pendapat Anda dengan
baik, Misora. Saya telah selesai memeriksa seluruh ruangan, jadi selagi Anda
melakukannya, saya akan senang untuk memikirkan pembunuhan ketiga. Keberatankah
jika saya melihat berkas yang Anda tunjukkan pada saya kemarin sekali lagi?”
“Bekerja dengan sudut yang berbeda? Tidak masalah
bagiku…”
Misora tidak pernah bermaksud untuk bekerja sama
dengannya bagaimanapun juga.
Ia mengeluarkan sebuah map dari tasnya, memeriksanya
agar yakin map itu berisi data pembunuhan ketiga, dan menyerahkannya ke
seberang meja pada Ryuzaki.
“Dan… ini foto tempat kejadiannya…”
“Trims.”
“Tapi seperti yang kubilang, tidak ada pemecahan
apapun. Isinya sama seperti kemarin.”
“Ya, saya tahu. Namun ada beberapa hal yang ingin
saya periksa lagi… tapi ini gambar yang mengerikan, bukan?” kata Ryuzaki,
meletakkan salah satu foto di atas meja di mana Misora bisa melihatnya. Itu
adalah gambar jasad Backyard Bottomslash. Misora telah menyaksikan banyak hal
mengerikan selama karirnya di FBI, tapi gambar yang sangat aneh ini
membuatnya menggigil setiap ia
melihatnya. Dibandingkan dengan gambar ini, sayatan pada dada atau bola mata
yang hancur bukan apa-apa.
Tubuhnya terbaring ke belakang, dan lengan kirinya
dan kaki kanannya telah dipotong sampai habis. Ada darah di mana-mana, di
seluruh tempat kejadian.
“Mereka menemukan kaki kanannya terbuang dia kamar
mandi, tapi mereka masih belum tahu dimana lengan kirinya. Tampaknya, si
pembunuh membawanya bersamanya. Tapi kenapa?”
“Pertanyaan itu lagi? Tapi Ryuzaki, bukankah itu
contoh lain dari sesuatu yang harusnya di sana, tapi tidak ada? Dalam hal ini,
tangan kiri korban.”
“Sang pembunuh perlu memotong lengan kirinya… tapi ia
tidak membawa kaki kanannya bersamanya. Ia hanya membuangnya di kamar mandi.
Apa maksudnya itu?”
“Bagaimanapun juga, kita harus pergi ke sana sore
ini… tapi aku akan senang menghabiskan beberapa jam di sini terlebih dulu.”
“Itu terdengar bagus. Oh, yah, ada album foto milik
korban di lemari kaca, Misora. Mungkin saja berharga untuk diperiksa. Anda
mungkin bisa menemukan sesuatu tentang kepribadian korban, atau
teman-temannya…”
“Baiklah, akan kulakukan.”
Ryuzaki mengembalikan perhatiannya pada berkas itu,
dan Misora berdiri dan berjalan langsung ke wastafel kamar mandi. Ia tidak bisa
tahan lebih lama lagi dengan perasaan berpasir di mulutnya. Ia berkumur-kumur
dengan cepat, lalu ia mengulang gerakan tadi dua atau tiga kali.
Ia mempertimbangkan untuk mengontak L lagi. Tidak ada
jawaban pada awalnya, jadi… tidak, kemarin berada di rumah, tapi di dalam
apartemen kecil seperti ini tidak mungkin menjauh dari Ryuzaki. Bahkan jika ia
menelepon dari kamar mandi, Ryuzaki bahkan tidak perlu untuk bergerak ke pintu
agar bisa mendengarnya ia harus menceritakan pada L tentang penyerangan
secepatnya… atau apakah itu bukan sesuatu yang L pedulikan?
Misora melihat ke atas dan memandang wajahnya di
cermin. Naomi Misora.
Inilah ia.
Sangat jelas.
Semua orang tahu sensasi dari memandangi pada sebuah
kata untuk waktu yang lama sampai kau mulai ingin tahu jika itu benar-benar
dieja dengan benar. Pada saat yang sama, ada kemungkinan untuk meragukan diri
sendiri, untuk bertanya-bertanya berapa lama seseorang bisa menjadi dirinya
sendiri. Apakah ia masih menjadi dirinya sendiri? Yang mengapa ini sangat
penting.
Mengapa ia menatap bayangannya, menegaskannya lagi.
“Tapi apakah L melakukan hal yang sama?” tiba-tiba ia
bertanya-tanya. Detetkif terhebat seabad ini, seseorang yang tidak pernah
menampakkan dirinya di muka umum, identitasnya tidak diketahui. Berapa banyak
orang yang bisa berkata dengan yakin bahwa L adalah L? Adakah seseorang yang
lain? Naomi Misora sama sekali tidak mengetahuinya, tapi ia ingin tahu jika L,
melihat dirinya di cermin, bahkan akan tahu siapa yang terlihat di belakangnya.
“Cermin… cermin?” Hmm.
Ia hampir menemukan sesuatu di sana.
Cermin… kanan dan kiri berkebalikan di bayangannya…
memantulkan cahaya… cahaya memantulkan permukaan licin… gelas, larutan cairan
nitrat perak… perak? Bukan, bahannya tidak masalah, yang penting adalah
kualitasnya… kualitas… pantulan dari cahaya… bukan, pembalikan kanan dan kiri…
yang berlawanan?
“Berlawanan… berlawanan… kebalikan!”
Misora beranjak keluar dari kamar mandi, kembali ke
meja. Ryuzaki menaikkan pandangannya dari berkas itu dengan terkejut, mata
hitam bulatnya terbuka lebar.
“Ada apa?” tanyanya.
“Gambarnya!”
“Hunh?”
“Foto!”
“Oh, maksud Anda foto tempat kejadian ketiga ini?”
tanya Ryuzaki, menempatkan foto tersebut di atas meja sekali lagi. Mayatnya,
dengan tangan kiri dan kaki kanan terputus. Misora mengeluarkan dua foto yang
lain dari tasnya dan meletakkannya bersebelahan. Foto tempat kejadian korban
pertama dan kedua, menampilkan kondisi di mana mereka ditemukan.
“Melihat sesuatu, Ryuzaki?”
“Apa?”
“Apapun tentang foto ini yang membuatmu tidak wajar?”
“Mereka semua mati?”
“Kematian bukanlah hal yang tidak wajar.”
“Betapa filosofisnya.”
“Seriuslah. Lihat—jasadnya berada di posisi yang
berbeda. Believe Bridesmaid di atas punggungnya, Quarter Queen tertelungkup,
dan Backyard Bottomslash juga di atas punggungnya. Belakang, depan, belakang.”
“Dan Anda melihat pola di sini? Menghubungkannya pada
sembilan hari, empat hari, sembilan hari antara pembunuhan? Yang berarti bahwa
besok korban keempat akan ditemukan terbaring tertelungkup?”
“Tidak, sama sekali tidak. Maksudku, mungkin itu
benar… aku memikirkan kemungkinan yang berbeda. Dengan kata lain, kenyataannya
bahwa mayat Quarter Queen yang terbaring tertelungkup sendiri tidaklah wajar.”
Reaksi Ryuzaki sangat tidak memuaskan—sekurangnya,
tidak terlihat seperti itu. Barangkali apa yang Misora coba katakan tidak
bersampaikan. Ia hanya mendapatkan gagasannya dan berbicara secepatnya,
dipenuhi oleh kegembiraan, tanpa sepenuhnya berpikir itu selesai, jadi itu
dapat dimengerti.
“Biarkan aku berpikir sebentar,” kata Misora, duduk
di kursi sebelah Ryuzaki.
“Misora, ketika sedang berpikir, saya menganjurkan
postur ini.”
“ ‘postur ini’?”
Dengan lututmu di depan dadamu seperti itu? Ia
menganjurkan itu?
“Sungguh. Itu akan menaikkan kemampuan deduktif
sebanyak empat puluh persen. Anda harus mencobanya.”
“Tidak, aku… um… baiklah, baik.”
Itu bukan seperti Ryuzaki ingin Misora untuk
merangkak, dan itu tidak menyakitkan untuk dicoba. Mungkin akan membantunya
sedikit tenang dari inspirasi yang tinggi.
Misora mengambil postur itu.
“….”
Ia sangat menyesalinya.
Bahkan yang lebih menyedihkannya adalah fakta bahwa
gagasannya jatuh di tempat.
“Baik, Misora? Maksud Anda Quarter Queen yang
tertelungkup adalah pesan dari si pembunuh? Menunjuk pada korban ketiga…”
“Bukan, bukan pesan—ini adalah hubungan yang hilang,
Ryuzaki. Sambungan dari apa yang kau katakan tentang inisial mereka…”
Dua orang aneh yang duduk dengan anehya sedang
menjelaskan deduksi yang sedikit aneh, Misora khawatir, pemandangan yang
diliputi keanehan ini. Meskipun begitu, ia menunjuk pada setiap gambar
bergiliran, ia merasa begitu lama sejak kehilangan kehilangan kesempatan untuk
menaruh kakinya kembali di atas lantai. Dan postur ini sebagian besar lebih
mudah untuk dipertahankan daripada kelihatannya
“Inisal korban—B.B., Q.Q., B.B. Mmepunyai kedua
inisial yang sama tidak cukup untuk menjadi hubungan yang hilang, tapi… korban
pertama dan ketiga keduanya memiliki inisial sama—B.B. Jika inisial korban
kedua malah Q.Q., maka itu akan menjadi hubungan yang hilang, bukan?”
Dengan perhitungan sederhana, dua puluh enam dikali
dua puluh enam sama dengan 676 orang. Bergerak dari inisial yang cocok hanya
satu huruf mempersempit keanehan dari sebanyak itu… dan memberikan betapa
langkanya nama yang dimulai dengan B, jumlah yang sebenarnya bahkan lebih
rendah.
“Teori yang menarik. Tapi Misora, nama inisial korban
kedua adalah Quarter Queen, dan inisialnya Q.Q. Apakah Anda secara tidak
langsung menyatakan bahwa kemungkinan ia dibunuh karena kekeliruan? Pembunuh
itu bermaksud untuk seseorang dengan inisial B.B dan secara tak sengaja malah
membunuh Q.Q.?”
“Apa yang kau bicarakan? Pesan pada tempat pertama
sudah jelas mengatakn Quarter Queen. Tidak ada kekeliruan di sana.”
“Oh, benar. Saya lupa.”
Apa ia benar-benar terlupa? Ungkapan itu terlihat
palsu… tapi jika ia memecahkan teka-teki setiap reaksi Ryuzaki, tidak akan
pernah mendapatkannya di manapun.
“Sembilan hari, empat hari, sembilan hari. B.B.,
Q.Q., B.B. Belakang, depan, belakang. Sudah kemungkinan pasti untuk melihat ini
sebagai pembolak-balikan, seperti yang kau nyatakan, dan aku sudah pasti
mempertimbangkan ide tersebut, tapi… ketelitian pembunuh mendekatkan pada hal
yang membuatnya tampaknya tidak bisa dipercaya. Tidak sesuai dengan
kepribadiannya. Orang yang menganalisanya biasanya bertingkah lebih jelas…”
“Tapi metode pembunuhannya—pencekikan, menumpulkan
paksa trauma, penikaman… mereka tidak menunjukkan konsistensi apapun.”
“Kecuali kalau mereka sudah pasti berbeda. Ia
bersusah payah mencoba sesuatu yang baru setiap waktu. Tapi pembolak-balikan
berbeda dengan mengubah-ubahnya. Yaitu kenapa, Ryuzaki, ketika aku melihat ke
cermin beberapa waktu yang lalu, itu mengenaiku—B dan Q berbentuk sama.”
“B dan Q? Mereka sudah jelas berbeda!”
“Sebagai huruf kapital. Tapi bagaimana kalau huruf
kecil?” ujar Misora, menggambar huruf tersebut di atas meja dengan ujung
jarinya. b dan q. Berulangkali. b dan q. b dan q. b dan q.
“Lihat? Bentuknya sama persis! Hanya berlawanan
arah!”
“Jadi itulah mengapa ia menghadap ke bawah?”
“Tepat,” Naomi Misora mengangguk. “Perkiraan kasar
satu banding 676 orang memiliki inisial B.B., jadi jika kita mengambilnya
sebagai hubungan yang hilang, maka si pembunuh pasti mempunyai banyak masalah
dalam mencari korbannya. Satu orang cukup mudah, tapi dua, tiga, bahkan empat…
bahkan lebih banyak lagi. Ia tidak punya pilihan selain malah menggunakan Q.Q.”
“Saya setuju dengan semuanya kecuali kalimat
terakhir. Saya tidak yakin akan lebih mudah mencari seseorang dengan inisial
Q.Q. daripada mencari seseorang lain dengan B.B. Bahkan jika memang begitu,
saya pikir lebih baik melihat penggantinya sebagai bagian dari rancangan
teka-teki untuk tim penyelidik. Jika mereka semua B.B. tepat dari awal,
hubungan yang hilang akan menjadi terlalu jelas. Tapi ini hanya perkiraan. Tidak
lebih dari tiga puluh persen kemungkinan.”
“Tiga puluh persen…” Benar-benar rendah.
Jika ini adalah tes, Misora pasti sudah gagal.
“Kenapa?”
“Berdasarkan pada teori Anda, kesimpulan Anda dari
semua itu memberitahu kita mengapa Quarter Queen ditemukan menghadap ke bawah.
Menghadap ke bawah mengarahkan Anda pada teori terbalik dan pada b dan q… tapi
kemajuan ini tidak bekerja secara logis, Misora.”
“Kenapa tidak?”
“Huruf kecil,” kata Ryuzaki. “Inisial selalu huruf
kapital.”
“Oh…”
Benar.
Inisial tidak pernah ditulis dengan huruf kecil.
Selalu huruf besar setiap waktu. Quarter Queen selalu Q.Q., tidak pernah q.q.
Sama halnya B.B. tidak pernah b.b.
“Dan kupikir aku menemukan sesuatu,” ujar Misora,
mengubur wajahnya di balik lututnya.
Sangat dekat… tapi bahkan pernyataan tegas bahwa
analisa si pembunuh ini yang tidak akan pernah berganti menjadi lebih dari
potongan yang sedikit saja. Bahkan jika begitu, hubungan antara b dan q tampak
sangat berarti…
“Ayolah, Misora. Jangan begitu kecewa.” Hahh…
“Sebenarnya, aku senang teorimu salah. Jika Quarter
Queen dibunuh sebagai pengganti… itu adalah alasan yang mengerikan bagi seorang
anak pada masa remajanya untuk mati.”
“Yah… jika Anda melihatnya seperti itu…”
Mmm? Misora mengerutkan dahinya, tiba-tiba. Beberapa
saat yang lalu, Ryuzaki bersikeras bahwa tidak ada perbedaan antara membunuh
seorang anak dan membunuh orang dewasa, tapi sebab karena itu mengganggunya?
Alasan seperti ini… apakah itu memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan apapun?
Seorang anak pada masa remajanya…
Anak-anak? Seorang anak? Anak kecil?
“…Tidak, Ryuzaki.”
“Dalam hal ini—huruf kecil sepenuhnya,” kata Misora,
suaranya bergetar. Bergetar amarah.
“Itulah kenapa sang pembunuh memilik seorang anak.”
Anak berusia tiga belas tahun.
Inisialnya.
Huruf besar, huruf kecil.
“Karena ia anak-anak—huruf kecil. Dan itulah kenapa
ia tertelungkup—terbalik!”
Sepertinya tidak lama kemudian sebelum Naomi Misora
menyadari bahwa Ryuzaki yang dengan antusias menyampaikan inisial yang sama,
yang menyampaikan bahwa korbannya anak-anak, dan yang memberinya kopi
berlebihan gula dan membuatnya pergi ke kamar mandi, di mana cermin itu yang
menyajikan inspirasi yang ia butuhkan untuk menemukan hal tersebut.
Bagaimanapun… Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles.
Hubungan yang hilang telah ditemukan, rincian kritis
yang akan, di tahun nanti, memberi nama kasus itu.
Kenapa West L.A.? Karena pada hari itu, Naomi Misora,
agen FBI yang diskors menghadap detektif terhebat di dunia, L, juga berada di
sana.
“Naomi Misora. Naomi Misora. Tangan L. Mata L.
Perisai L. Ah ha ha ha ha ha ha ha! Tidak, itu tidak benar… aku harus tertawa
lebih seperti ini… Kya ha ha ha ha ha ha ha! Yah, itu lebih baik.”
Kya ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. Kya ha ha ha ha ha
ha ha ha ha ha.
Tertawa keras, Beyond Birthday bangkit dari tempat
tidur. Tertawa kejam, dan parau, tapi tawa yang tidak wajar, tertawa palsu.
Seolah-olah tertawa hanya tugas lain yang harus ia lakukan.
---
Berikutnya: Bab 4 - Shinigami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar