Minggu, 28 Desember 2014

[Bab 3] Death Note: Another Note


Bab 3

Berlawanan



Jika kita harus mendiskusikan mengapa L sangat tak mau merubah pikirannya untuk menolak menampakkan dirinya, kita bisa menjelaskannya dengan sangat sederhana: melakukan itu berbahaya. Sangat berbahaya. Selagi pemimpin dunia harus berusaha untuk menjamin keselamatan segala pemikiran terbaik, bukan hanya untuk detektif, faktanya sistem kemasyarakatan sekarang tidak membolehkan hal ini, dan L yakin ia tidak punya pilihan selain melindungi pikirannya di bawah kekuasaannya. Dengan perhitungan sederhana, kemampuan L pada tahun 2002 setara dengan lima biro penyelidikan biasa, dan tujuh agen penyelidik (dan pada saat ia menghadapi perlawanan terhadap Kira, angka tersebut meningkat beberapa derajat). Mudah memikirkan alasan untuk menghormati dan mengagumi seseorang, namun biar kukukatan ini sejelas mungkin: kemampuan lebih pada satu orang sangatlah berbahaya. Bahaya modern pada teknik kepemimpinan yang bersandar pada banyaknya risiko, tapi eksistensinya pasti berlawanan. Dengan kata lain, jika seseorang berencana melakukan kejahatan, mereka bisa meningkatkan kesempatan mereka untuk menjauh dengan sekedar membunuh L sebelum mereka memulai. Itulah mengapa L menyembunyikan identitasnya.

Bukan hanya karena ia pemalu, atau karena ia tidak pernah meninggalkan rumahnya. Tapi untuk memastikan keselamatannya. Bagi seorang detektif berkemampuan L, penjagaan diri dan memelihara kedamaian dunia adalah satu dan sama, dan tidak tepat untuk menggambarkan tindakannya sebagai pengecut atau egosentris. Selama aku tidak secara pribadi menyukai pemikiran untuk membandingkan mereka, jika Kira mempunyai kemampuan untuk membunuh seseorang dengan menulis nama mereka di buku catatan baru setelahnya ia dengan susah mengumumkan fakta itu untuk alasan yang persis sama. Orang tercerdas pun menyembunyikan kebenaran kalau mereka cerdas. Orang bijak tidak menggunakan tanda pengenal. Semakin banyak orang membicarakan kehebatan mereka, semakin mereka berputusasa—pekerjaan mereka pastinya berbicara untuk itu sendiri. Jadi kapanpun L bekerja, biasanya ia mempunyai orang lain sebagai wajah publiknya—dan dalam keadaan utama ini, agen FBI Naomi Misora sedang mengisi peran tersebut. Misora mengerti betul dari awal permulaannya. Bahwa ia adalah perisai L. Dan berapa banyak yang membahayakannya langsung untuk L serahkan kepadanya… Misora telah mencoba berkali-kali untuk mengungkap sifat asli Ryuzaki, namun tidak peduli seberapa optimisnya ia menampakkan situasi, ia tidak pernah menunjukkan apapapun yang lebih baik, “Mungkin saja ia tidak mendengar banyak percakapan tersebut,” dan kecurigaan itu tidak pernah aman. Jika Ryuzaki telah memperhatikan hubungan antara Misora dan L, dan ia membocorkan informasi tersebut di tempat yang benar, maka Misora akan berada dalam bahaya sebelum kau bisa berkata… bahkan sebelum kau bisa berpikir untuk mengatakan apapun, dan pemikiran itu bahkan membuat Misora gelisah. Dan diberi kemampuan deduktif nyata Ryuzaki… sehari setelah mereka memecahkan pesan tersembunyi di dalam kamar tidur Believe Bridesmaid, Misora mulai bertanya-tanya jika pengambilan kesimpulannya tidak berpedoman pada kecakapan arahan Ryuzaki. Pada saat itu, ia merasa seperti itu semua perbuatannya. Namun memikirkannya kembali, nomor halaman itu, putaran mengelilingi buku—ia hanya memperhatikannya karena Ryuzaki telah meletakkan dasarnya. Apakah di sana alasan yang sebenarnya ia membaca setiap kata pada buku itu hingga selesai? Ia tidak bisa menolak gagasan yang mana semua prestasi ini membuat Misora merasa seperti ia mengambil bagian dalam memecahkan teka-teki tersebut, dan Ryuzaki dengan rapi membiarkannya untuk membuat pemecahan akhir setelah dengan seksama memecahkan segala yang lain untuknya. Mungkin semua ini bukan apa-apa selain paranoia akan tekanan memiliki L yang membantunya… tapi menemukan nama korban kedua pada rak buku Believe Bridesmaid  adalah nilai yang bagus bagi penyelidikannya. Ia telah memeriksa sesudahnya, dan korban kedua satu-satunya orang di seluruh Los Angeles yang bernama Quarter Queen ini tidak meringankannya.

16 Agustus.

Naomi Misora berada di pusat kota, di Third Avenue, mengunjungi tempat kejadian pembunuhan kedua. Ia tidak tahu jalan di sekitar lingkungannya, jadi ia memikirkan sebuah peta untuk menemukan jalannya ke sini. Tanpa mengetahui kapan pembunuhan keempat akan terjadi, sebagian dari dirinya ingin langsung datang ke sini dari rumah Believe Bridesmaid, namun ia punya hal lain untuk diperiksa terlebih dahulu, sangat banyak bukti yang harus diselidiki, dan mendapat masalah transportasi, ia akhirnya harus menunggu sampai esok hari. Saat ini sudah tiga hari sejak pembunuhan ketiga—sembilan hari, empat hari, sembilan hari, dan jika si pembunuh berencana untuk membunuh setelah empat hari lagi, maka pembunuhan selanjutnya akan terjadi besok, tapi ia tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin mencegahnya begitu saja. Jadi ia hanya bisa melakukan sesuatu yang ia bisa. Mencari bukti-bukti yang membuatnya menjadi semakin mendekati krisis.

Berdasarkan penyelidikan L, detektif bernama Rue Ryuzaki memang benar-benar disewa oleh orang tua Believe Bridesmaid—dan bukan hanya mereka, tapi keluarga dari korban kedua, Quarter Queen, dan korban ketiga, Backyard Bottomslash, telah meminta Ryuzaki untuk menyelidiki perkara itu sebaiknya. Ini sedikit terlalu bagus untuk kebenaran, dalam opini Misora, namun jika L berkata begitu, ia harus menerimanya. Tidak ada ruang untuk meragukannya. Bahkan L belum mengatur untuk menggali apapun tentang latar belakang Ryuzaki, jadi ia telah diminta untuk tetap mengawasi, bekerja sama dengan Ryuzaki dan berpura-pura mereka menyelidiki permasalahan bersama.

Apakah L benar-benar tidak mempunyai konklusi tentang Ryuzaki sama sekali? Misora menghabiskan beberapa menit mempertimbangkan pertanyaan ini. Barangkali menjelaskan itu padanya hanya menjadi lebih berbahaya… Misora tidak pernah memikirkan bahwa L telah memberinya semua informasi yang dimilikinya. Ryuzaki mungkin termasuk dalam kategori ini—boleh jadi ini juga ketakutan tidak beralasan. Ryuzaki tentunya curiga, namun ia belum melakukan apapun yang jahat secara terbuka, jadi itu tidak dilalui.

Pemikiran akan melihat Ryuzaki merangkak mengelilingi tempat kejadian dengan kedua kaki dan tangannya lagi hari ini tak dapat disangkal membuatnya muram (ia telah bermimpi buruk tentang itu. Biasanya Misora membutuhkan waktu selamanya untuk bangun, namun bagian dari mimpi itu membuatnya bangun mendadak dari tempat tidur). Dan pada saat itu, 16 Agustus, jam sepuluh pagi… Naomi Misora diserang.

Ia tengah mengambil jalan pintas melalui gang yang sepi ketika seseorang memukulnya dari belakang dengan pentungan. Atau lebih, gagal memukulnya—karena ia menunduk tepat waktu, dan menghindarinya. Pentungan adalah senjata ringan—masalah yang sangat mudah, yang terdiri dari tak lain hanya tas kecil berisi pasir. Hal itu benar-benar membuatnya sangat mudah untuk disembunyikan, dan merupakan senjata efektif yang tak dapat disangkal. Ia mendengar senjata itu membelah udara sampai mengenai rambutnya. Misora sudah berada dalam bahaya sejak ia setuju untuk menjadi tangan, mata, dan perisai L, jadi ia tidak begitu terkejut, dan bereaksi cepat. Itu menyebabkan segala pemikiran tentang Ryuzaki langsung keluar dari pikirannya, yang mana ia baik dengan itu. Misora membentur aspal dengan kedua tangannya, mendorong ke bawah untuk menguatkan kakinya berputar naik ke samping dengan terbalik, mengarahkan kakinya ke arah dagu penyerang. Tidak kena. Tapi tak masalah—tujuan utama gerakan ini telah memutar balik dirinya dan dapat melihat penyerangnya. Hanya ada satu, dan orang itu menggunakan topeng. Ia terkejut karena tidak ada bantuan, tapi tambahan untuk pentungan, orang itu membawa tongkat kokoh di tangan kirinya, membuatnya jelas dalam keadaan merugikan. Ini bukan penjahat biasa. Sama seperti sebelumnya, Misora tidak mempunyai senjata. Dan, sudah jelas, tidak ada lencana ataupun manset tangan. Kabur akan menjadi pilihan yang paling logis, tapi Misora bukan sejenis kepribadian mengundurkan diri yang membolehkannya lari saat diserang. Julukannya di FBI adalah Misora Si Pembantai, yang pastinya, ada beberapa gelar kebencian dibalik namanya, namun itu bukan seluruhnya tanpa alasan. Ia melompat ke atas, mendarat dengan kaki yang berbeda, tangan kanannya di depan wajahnya dan pusat gravitas rendahnya, menghadapi penyerangnya dan mengayunkannya sebentar, siap untuk bertarung.

Orang itu ragu untuk beberapa saat ketika melihat sikap mentalnya, namun kemudian mengayunkan itu padanya—bukan pentungan, tapi tongkatnya. Tubuh atasnya berayun, menghindarinya—dan kemudian ia melakukan semacam gerakan meroda melintasi lebar gang sempit itu, bermaksud untuk menghempaskan tumitnya ke arah pelipis si penyerang. Ia menghindarinya lagi, namun pertarungan mereka berakhir. Misora tidak bermaksud untuk kabur, namun lawannya tidak terlihat berapi-api. Ketika Misora mendapatkan kakinya, orang itu berbalik dan melarikan diri. Misora sempat mempertimbangkan untuk mengejarnya dan mengambil dua langkah pada arah tersebut sebelum mengurungkan ide itu. Ia cukup yakin  penyerangnya adalah seorang laki-laki. Ia juga yakin ia bisa berkelahi dengannya, namun tidak dengan balap lari. Ia bukan pelari yang kuat. Ia tidak mau menghabiskan tenaganya.

Ia menyisir rambutnya ke belakang, mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi L. Telepon berdering, namun tak seorang pun menjawab. Detektif terhebat di dunia adalah orang yang sibuk, dan kemungkinan sulit untuk dijangkau keluar beberapa kali. Beruntungnya, ia tidak terluka, jadi laporan bisa menunggu. Barangkali mendapat adegan kejahatan dengan cepat adalah ide yang lebih baik dengan diserang seperti ini hanya meningkatkan kecurigaan Misora terhadap Ryuzaki. Tidak mungkin menceritakan jika penyerangnya adalah seseorang yang terlibat dalam kasus, atau seseorang yang sama sekali tidak melakukannya  karena itu tapi tahu tentang hubungannya dengan L, tapi bagaimanapun juga, berdasarkan waktu penyerangan, keganjilan Ryuzaki untuk terlibat sangat tidak rendah. Mungkin ia harus mengeceknya sendiri, daripada meninggalkan penyelidikan pada L… jika hanya untuk penjagaan diri. Ia menimang-nimang  untuk memanggil Raye, dan membuatnya memeriksanya secara rahasia, tapi pertama Misora meninggalkan gang itu di belakang.

Sesuai harapan, Naomi Misora tidak menyusulnya.

Ia meninggalkan gang itu dan melompat ke dalam sedan yang ia tinggalkan di jalan raya dengan mesin menyala. Ia mengubah sedikit sudutnya dengan cepat dan memeriksa cermin belakang kemudian memarkir di arena yang ia pilih di depan. Sedan itu adalah mobil curian dan tidak akan kembali padanya, jadi ia berencana untuk meninggalkannya di sini. Salah satu mata pada kamera pengawas, ia meninggalkan arena parkir dengan berjalan, meninggalkan topeng, pentungan, dan tongkat di belakang mobil. Ia telah mendorong semuanya di bawah tempat duduk. Tanpa meninggalkan sidik jari.

Ia tidak pernah berencana untuk melakukan apapun pada Naomi Misora hari ini, tidak di sana. Ia hanya membuat penialian padanya, untuk menguji kemampuannya. Ia menyerang dari belakang, namun tidak bermaksud untuk menyakitinya dan tentu, ia tidak bermaksud untuk membunuhnya.

Jadi tidak mungkin ia akan mati. Ia tahu Misora akan menghindarinya.

Biarpun begitu, bahkan dalam pikirannya, wanita itu mengesankan. Menghindari serangannya bahkan tanpa berputar balik, dan bergerak cepat untuk sebuah serangan darinya—ia bisa melihat mengapa L menggunakan Misora sebagai pionnya. Ia mempunyai kepintaran dan ketekunan sebagaimanan mestinya.

Ia memang berhak.

Ia patut menjadi lawannya.

Si penyerang meretakkan lehernya.

Dan dengan kepala yang masih berada pada sudut yang aneh, ia berjalan turun ke jalan. Si penyerang Misora…

Orang dibalik Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles, Beyond Birthday, berjalan menuruni jalan sambil menyeringai kejam.

“Ah, Misora. Anda terlambat,” ujar Ryuzaki tanpa memutar tubuhnya, ketika Misora memasuki apartemen 605 di mana Quarter Queen tinggal. “Tolong usahakan untuk tepat waktu. Waktu adalah uang, dan karena itulah kehidupan.”

Hahh…

Ia tidak sedang merangkak. Misora baru saja datang ketika Ryuzaki memeriksa rak atas laci. Tapi sulit memikirkan ini pada waktu yang bagus. Laci itu pasti terisi dengan pakaian dalam anak tiga belas tahun. Ryuzaki terlihat tidak seperti seorang detektif yang memeriksa tempat kejadian daripada pedofil yang mencuri celana dalam. Bukan cara terbaik untuk memulai hari. Misora telah berencana untuk menyalurkan frustasinya dari pertarungan di gang menjadi pendekatan agresif yang wajar pada Ryuzaki, tapi orang itu sudah merebut permadaninya dari bawahnya. Jika itu disengaja, ia akan terkesan padanya, tapi nampaknya tidak seperti itu. Lebih terlihat seperti Ryuzaki sebenarnya mempunyai ketertarikan terhadap celana dalam anak-anak.

Misora menghela napas lagi, melihat sekeliling ruangan—keseluruhan apartemen ini lebih kecil dari kamar tidur Believe Bridesmaid. Standar untuk tinggal sendirian membuatnya sulit untuk melihat hubungan apapun antara korban pertama dan kedua.

“Kita sedang membicarakan seorang single mother di sini, bukan? Yang sekarang pindah kembali dengan orang tuanya?  Itu pasti mengenaskan…”

“Ya. Apartemen ini dibangun untuk anak kuliahan, dimaksudkan untuk tempat satu orang, jadi seorang gadis dan ibunya yang tinggal di sini menarik cukup sejumlah perhatian. Saya telah bertanya sedikit di sekitar sini tadi pagi, dan mendengar banyak hal menarik. Tapi kebanyakan hal itu sudah ada dalam laporan polisi yang Anda tunjukkan kemarin. Ibunya berada di luar kota saat pembunuhan itu, dan tubuhnya ditemukan oleh gadis kuliahan yang tinggal di sebelah rumah. Ibunya pertama kali melihat jasad anaknya di kamar mayat.”

Seraya mendengarkan Ryuzaki berbicara, Misora memeriksa lubang dinding di mana Wara Ningyo dipakukan. Dari keempat dinding, dinding depan dengan sebuah pintu—tidak memiliki lubang, namun ketiga yang lain ada. Seperti kamar Believe Bridesmaid, lubang itu menunjukkan lokasi bonekanya. “Ada sesuatu yang mengganggu Anda, Misora?”

“Ya… kemarin, kita…” kata Misora, menekankan bentuk jamaknya, “…kita menguraikan isi sandi pesan yang sang pembunuh tinggalkan di tempat kejadian pembunuhan pertama, tapi… Wara Ningyo dan ruangan terkunci masih menjadi misteri.”

“Ya,” ujar Ryuzaki, menutup pintu tersebut dan merosot ke bawah dengan kedua kaki dan tangannya.

Namun tidak seperti tempat yang pertama, ada dua orang yang tinggal di ruangan ini, dan ada cukup banyak perabotan—tempat tersebut berantakan. Itu terlihat  agak sulit untuk merangkak berkeliling. Meskipun begitu, Ryuzaki tetap melakukan, dan meninggalkannya seperti itu di semua jalan pada sisi lain ruangan. Misora berharap ia akan menyerah.

“Tapi Misora, saya tidak berpikir itu bernilai menghabiskan banyak waktu pada persoalan ruangan terkunci. Ini bukan novel misteri—berbicara secara realistis, cukup mungkin ia dengan mudah menggunakan kunci cadangan. Tidak ada kunci yang tidak bisa diduplikasi.”

“Cukup benar, tapi apakah kau benar-benar berpikir pembunuh ini akan melakukan sesuatu yang begitu membosankan? Tidak ada perlunya untuk membuat ruangan terkunci pada tempat pertama. Tapi ia melakukannya bagaimanapun juga. Dalam hal ini, mungkin seperti sebuah puzzle…”

“Puzzle?”

“Atau semacam permainan.”

“Ya… ya, mungkin…”

Misora melihat ke belakang pintu tempat ia datang tadi. Modelnya berbeda dari tempat pembunuhan pertama (perbedaannya antara pintu depan apartemen dan pintu dalam rumah), tapi bentuk dan ukurannya pada dasarnya sama. Kunci umum, mudah dibuat—sangat mudah untuk dihancurkan dengan mengebor pintunya dan memutar grendel pintu dari dalam (dikenal sebagai tombol pengunci) tapi pada kenyataannya, tidak ada lubang di pintu sama sekali dari ketiga tempat kejadian.

“Apa yang akan kau lakukan, Ryuzaki? Jika kau mencoba mengunci pintunya dari luar?”

“Pakai kunci.”

“Bukan, bukan seperti itu… jika kau kehilangan kuncinya.”

“Pakai kunci cadangan.”

“Tidak, bukan itu… kau tidak punya kunci cadangan, bagaimanapun.”

“Maka saya tidak akan menguncinya.”

“….”

Bukan karena Ryuzaki salah.

Misora ke luar dan membuka pintunya.

“Jika ini novel misteri… ruangan terkunci selalu diciptakan oleh trik, seperti dengan jarum dan benang, atau… maksudku, kita bisa menyebutnya ruangan terkunci, tapi itu hanyalah ruangan biasa, jadi tidak pernah terjamin. Tidak seperti rak buku Bridesmaid—ada banyak celah dan sela di sekitar bingkai. Benang bisa masuk dari bawah dengan mudah… menggerakkan sedikit benang di bawah pintu, dan mengikatnya ke pinggir grendel, lalu menariknya…”

“Mustahil. Celahnya tidak sebesar itu, dan sudutnya akan menolak gaya yang berlaku. Anda bisa mencobanya, namun terlalu banyak benang yang akan ditekan pada pintu. Sebelum Anda dapat memutar grendelnya, semua tenaga yang Anda gunakan padanya akan terganggu dengan menarik pinggir pintu. Menarik pintu ke arah Anda.”

“Yah… tapi kunci sederhana ini tidak meninggalkan banyak ruang untuk trik. Pintu di novel detektif biasanya punya banyak hal yang lebih rumit.”

“Ada banyak cara untuk membuat ruangan terkunci. Dan kita tidak bisa mengatur kemungkinan bahwa ia mempunyai kunci. Dan yang lebih terpenting, Misora, pertanyaan dari mengapa sang pembunuh membuat ruangan terkunci. Ia tidak perlu membuatnya, tapi ia melakukannya bagaimanapun juga. Jika ia membuat sebuah puzzle, mengapa ia melakukannya?”

“Sebagai permainan. Untuk kesenangan.”

“Mengapa?”

Kau bisa menanyakannya tentang yang manapun ini.

Mengapa mengirim teka-teki silang ke LAPD, mengapa meninggalkan pesan di rak buku… dan hampir semuanya, mengapa membunuh tiga orang? Jika si pembunuh mempunyai motif yang jelas, maka apakah itu? Bahkan jika si pembunuh serampangan, sesuatu harus menjadi penyebabnya… L telah mengatakannya begitu. Tapi mereka masih tidak mempunyai idea pa yang menghubungkan para korban bersama.

Misora bersandar pada dinding dan mengeluarkan beberapa foto dari tasnya.

Gambar korban kedua yang terbunuh di ruangan ini—seorang gadis pirang, menggunakan kacamata, terbaring pada wajahnya. Dilihat lebih dekat, kepalanya dipenyokkan dengan semacam senjata, dan kedua matanya dicongkel keluar. Matanya dihancurkan setelah ia mati—seperti sayatan pada dada Believe Bridesmaid, ini adalah mutilasi mayat, dengan tidak berhubungan dengan penyebab kematiannya. Misora tidak mengerti apa yang pembunuh itu gunakan untuk menghancurkan matanya, tapi mencoba untuk membayangkan keadaan mental orang yang bisa mencongkel keluar mata seorang gadis manis membuat Misora merasa sedikit muak. Misora mungkin seorang agen FBI, tapi ia tidak cenderung untuk menemukan kebenaran—tapi ada beberapa hal yang tidak hanya tak termaafkan. Apa yang telah si pembunuh lakukan pada korban kedua sangat jelas masuk ke dalam kategori itu.

“Membunuh seorang anak… betapa mengerikan.”

“Membunuh orang dewasa juga mengerikan, Misora. Membunuh anak-anak atau orang dewasa—sama-sama mengerikan,” kata Ryuzaki, tidak terpengaruh, hampir acuh-tak-acuh.

“Ryuzaki…”

“Saya telah memeriksa segalanya sekali,” kata Ryuzaki, berdiri tegak. Ia menggosokkan tangannya ke celana jeansnya. Rupanya ia sedikitnya sadar bahwa merangkak berkeliling di lantai akan membuat tangannya kotor. “Tapi saya tidak menemukan uang sama sekali.”

“Kau mencari-cari uang?” Seperti seorang pencuri. Yang sangat mencolok.

“Tidak, hanya berjaga-jaga. Salah satu kemungkinan bahwa si pembunuh mencari uang, tapi dalam keadaan ini, korban kedua dengan mantap lebih miskin dari korban pertama dan ketiga. Ada kemungkinan mereka menyembunyikan sesuatu, tapi rupanya tidak. Mari kita istirahat sejenak. Apakah Anda menyukai kopi, Misora?”

“Oh… tentu.”

“Sebentar,” ujar Ryuzaki, mengarah ke dapur. Misora ingin tahu jika Ryuzaki mempunyai selai di dalam kulkas lagi namun memutuskan bahwa ia tidak peduli. Ia membuang arah pemikiran itu, dan duduk di atas meja. Entah bagaimana ia lupa pada waktunya untuk memberitahu Ryuzaki tentang penyerangan tadi. Oh, baik. Ia mungkin sebaiknya menghindari untuk menyebutkannya, dan melihat bagaimana reaksinya. Ia tidak punya bukti penyerangnya akan melakukan sesuatu dengan Ryuzaki, tetapi tidak menceritakannya membuat hal itu lebih mudah baginya untuk memberi penjagaan terhadap orang itu.

“Ini dia.”

Ryuzaki kembali dari dapur, membawa sebuah nampan dengan dua cangkir kopi di atasnya. Ia meletakkan satu di depan Misora dan yang satunya di seberangnya, kemudian menarik kursi dan mengambil posisi duduk aneh yang telah ia pertunjukkan di hari sebelumnya, dengan lututnya ditarik di depan dadanya. Mengabaikan urusan tatakrama, terlihat sangat sulit untuk duduk seperti itu—atau apapun itu? Misora terheran-heran, dan menyesap kopinya.

“Augh!” pekiknya, menyemburkan kopi itu keluar. “Uhuk… hack… urrghhh…”

“Ada yang salah, Misora?” tanya Ryuzaki, sambil menyesap cangkirnya tanpa dosa.

“Saat ada sesuatu yang masuk ke mulut Anda, seharusnya tidak menyemburkannya keluar seperti itu. Dan erangan mengerikan tadi tidak dapat berbuat apa-apa untuk kesan Anda, pun. Anda cukup cantik, jadi Anda boleh mencoba untuk menampakkan diri Anda dengan sesuai dengannya.”

“M-manis yang mematikan… beracun!”

“Bukan racun. Gula.”

“….”

Jadi kau sang pembunuh?

Misora melihat isi cangkirnya… yang mana hanya sedikit cairan daripada gula. Lebih seperti gula yang larut dalam kopi daripada gula yang dibasahi kopi—lengket, seperti agar-agar yang banyak berkilauan dengan berwibawa di dalam cangkirnya. Selama perhatiannya telah terganggu oleh postur Ryuzaki, ia membiarkan zat ini untuk menyentuh bibirnya…

“Aku merasa seperti meminum kotoran.”

“Tapi kotoran tidak semanis ini.”

“Kotoran yang manis…”

Terdengar seperti sebuah rintisan. Perasaan berpasir yang kejam di dalam mulutnya tidak akan menjauh. Diseberangnya, Ryuzaki menyesap kopi itu habis dengan bahagia… menelannya. Rupanya ia tidak ingin kopi Misora dengan cara ini terbuang belaka, tapi ini, menurut pandangannya, banyak gula yang normal sempurna. “Whew… kopi selalu membuatku bangkit,” kata Ryuzaki, menghabiskan kopinya dan apa yang seharusnya paling sedikit dua ratus gram gula murni. “Jadi sekarang, kembali ke urusan.”

Misora akan senang untuk bangkit dan pergi membasuh keluar gula yang ada di mulutnya, namun ia mencoba untuk mengabaikan dorongan hati. “Pergilah duluan,” ujarnya.

“Tentang hubungan yang hilang.”

“Apa kau menemukan sesuatu?”

“Kelihatannya si pembunuh sebenarnya bukan mencari uang… tapi tadi malam, setelah saya meninggalkan rombongan Anda, saya memperhatikan sesuatu yang menarik. Hubungan antara korban yang tak seorangpun akan memilihnya.”

“Apa?”

“Inisial mereka, Misora. Ketiga korban mempunya inisial yang agak unik. Believe Bridesmaid, Quarter Queen, Backyard Bottomslash. B. B., Q. Q., B. B. Kedua nama pertama dan terakhir mereka dimulai dengan huruf yang sama… apakah itu, Misora?”

“Tidak ada apa-apa…”

Hanya itu semua? Kekecewaannya telah jelas ditunjukkan di wajahnya dan menyela arah pemikiran Ryuzaki, tapi ia bahkan tidak bersusah-susah untuk mencoba dan menutupi. Sungguh pemborosan waktu tidak berguna. Misora sudah memperhatikannya saat pertama kali ia melihat nama korban. Itu tidak bernilai untuk membawanya seperti ini. “Ryuzaki… apa kau tahu berapa banyak orang dengan nama yang huruf awalnya sama di dunia? Di Los Angeles? Hanya ada dua puluh enam huruf dalam alfabet, yang berarti dengan perhitungan yang sangat kasar tentang satu dari dua puluh enam orang memiliki nama seperti itu. Bahkan tidak bernilai menyebutnya hubungan.”

“Oh? Dan saya pikir saya menemukan sesuatu,” ujar Ryuzaki, patah hati. Sulit untuk mengatakan berapa banyak reaksinya yang asli.

Ia tampak merajuk, sifat yang mana, padanya, tidak manis sama sekali. Dan benar-benar buruk sekali untuk menunjukkan dirinya.

“Maksudku, kau sendiri Rue Ryuzaki—R. R.”

“Oh! Saya tak memperhatikannya.”

“Ini tidak ada artinya.”

Misora seharusnya tidak pernah mengharapkan apapun yang lain darinya. Semua omong kosong tentangnya yang mengarahkannya melalui deduksi kemarin bukanlah apa-apa tapi paranoia.

R. R.?

“Misora.”

“Eh? Oh, apa?”

“Selama deduksi saya mulai tak ada apapun, apakah Anda mempunyai ide yang bagus?”

“Tidak, tidak terlalu. Aku sama buntunya sepertimu… tidak bisa memikirkan sepanjang tindakan asli kecuali mencari pesan yang lain. Aku merasa seperti sedang menari di atas telapak tangan si pembunuh, yang sangat menjengkelkanku, tapi…”

“Kalau begitu mari kita menari. Memainkan permainan musuh Anda hingga ia rileks dan membiarkan jatuhnya petunjuk adalah strategi bagus yang sempurna. Jadi, Misora, jika ada pesan di sini… lalu di mana?”

“Baiklah, kita bisa setidaknya menebak isinya. Barangkali pesannya memiliki nama korban ketiga, atau alamatnya. Teka-teki silang itu mengarah pada kasus pertama, halaman buku mengarah pada kasus kedua, jadi…”

“Ya, saya setuju.”

“Tapi dimana pesan itu disembunyikan, aku tak tahu. Jika kita bisa menemukan semacam motif, itu akan membantu kita menangkapnya, tapi…”

Sesuatu yang seharusnya di sini, tapi tidak ada. Ryuzaki sudah menggambarkannya dengan cara itu.

Menunjuk pada korban, dan rak buku.

Apakah ada sesuatu seperti itu di sini? sesuatu yang seharusnya di sini, tapi tidak ada? Sesuatu yang seharusnya di sini tapi tidak ada di sini mulai terdengar seperti secarik ilmu bahasa Mobius.

“Jadi,” kata Ryuzaki. “Jika apapun yang kita cari akan dengan mudah menunjukkan kita pada korban ketiga, maka boleh jadi itu akan lebih efektif jika kita melewati tempat ini dan pergi tepat pada yang ketiga. Setelah semuanya, tujuan kita adalah untuk mencegah pembunuhan keempat sebaik memecahkan kasus.”

“Yah.”

Misora satu-satunya yang  menunjuk kesempatan pada pembunuhan keempat… tapi reaksi Ryuzaki telah memberi kesan ia telah menyadari kemungkinan ini, yang mana adalah mengapa ia ragu sekarang.

“Pembunuhan ketiga telah terjadi, dan kita tidak bisa mencegahnya, tapi ada kesempatan kalau kita bisa menghentikan yang keempat. Disbanding menghabiskan waktu mencari pesan ketika kita sudah tahu apa yang dikatakannya, akan jauh lebih memabngun untuk melihat pesan yang mengarahkan kita pada korban keempat.”

“Tapi itu hanya perasaan yang sangat tunduk… seperti kita mengikuti arahannya. Maksudku kita mungkin kehilangan petunjuk penting pada identitasnya jika kita melewati ruangan ini. Bahkan jika tidak ada bukti yang jelas, kita mungkin merasakan prasangka yang akan membantu kita nanti. Aku setuju bahwa mencegah korban keempat itu penting, tapi jika kita fokus terlalu banyak padanya, kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapat agresif, untuk mengontrol keadaan.

“Jangan khawatir. Saya yang teratas.”

“Teratas?”

“Yang paling agresif,” kata Ryuzaki. “Saya tidak pernah sekalipun untuk tunduk. Salah satu dari beberapa hal yang bisa saya banggakan. Saya bahkan tidak pernah patuh pada rambu lalu-lintas.”

“Kau benar-benar harus mematuhinya.”

“Tidak pernah.”

“Mencegah pembunuhan keempat seharusnya mengarahkan kita langsung untuk mengidentifikasi dan menangkap si pembunuh. Ini apa yang klien saya inginkan, lebih dari apapun. Tapi saya mengerti pendapat Anda dengan baik, Misora. Saya telah selesai memeriksa seluruh ruangan, jadi selagi Anda melakukannya, saya akan senang untuk memikirkan pembunuhan ketiga. Keberatankah jika saya melihat berkas yang Anda tunjukkan pada saya kemarin sekali lagi?”

“Bekerja dengan sudut yang berbeda? Tidak masalah bagiku…”

Misora tidak pernah bermaksud untuk bekerja sama dengannya bagaimanapun juga.

Ia mengeluarkan sebuah map dari tasnya, memeriksanya agar yakin map itu berisi data pembunuhan ketiga, dan menyerahkannya ke seberang meja pada Ryuzaki.

“Dan… ini foto tempat kejadiannya…”

“Trims.”

“Tapi seperti yang kubilang, tidak ada pemecahan apapun. Isinya sama seperti kemarin.”

“Ya, saya tahu. Namun ada beberapa hal yang ingin saya periksa lagi… tapi ini gambar yang mengerikan, bukan?” kata Ryuzaki, meletakkan salah satu foto di atas meja di mana Misora bisa melihatnya. Itu adalah gambar jasad Backyard Bottomslash. Misora telah menyaksikan banyak hal mengerikan selama karirnya di FBI, tapi gambar yang sangat aneh ini membuatnya  menggigil setiap ia melihatnya. Dibandingkan dengan gambar ini, sayatan pada dada atau bola mata yang hancur bukan apa-apa.

Tubuhnya terbaring ke belakang, dan lengan kirinya dan kaki kanannya telah dipotong sampai habis. Ada darah di mana-mana, di seluruh tempat kejadian.

“Mereka menemukan kaki kanannya terbuang dia kamar mandi, tapi mereka masih belum tahu dimana lengan kirinya. Tampaknya, si pembunuh membawanya bersamanya. Tapi kenapa?”

“Pertanyaan itu lagi? Tapi Ryuzaki, bukankah itu contoh lain dari sesuatu yang harusnya di sana, tapi tidak ada? Dalam hal ini, tangan kiri korban.”

“Sang pembunuh perlu memotong lengan kirinya… tapi ia tidak membawa kaki kanannya bersamanya. Ia hanya membuangnya di kamar mandi. Apa maksudnya itu?”

“Bagaimanapun juga, kita harus pergi ke sana sore ini… tapi aku akan senang menghabiskan beberapa jam di sini terlebih dulu.”

“Itu terdengar bagus. Oh, yah, ada album foto milik korban di lemari kaca, Misora. Mungkin saja berharga untuk diperiksa. Anda mungkin bisa menemukan sesuatu tentang kepribadian korban, atau teman-temannya…”

“Baiklah, akan kulakukan.”

Ryuzaki mengembalikan perhatiannya pada berkas itu, dan Misora berdiri dan berjalan langsung ke wastafel kamar mandi. Ia tidak bisa tahan lebih lama lagi dengan perasaan berpasir di mulutnya. Ia berkumur-kumur dengan cepat, lalu ia mengulang gerakan tadi dua atau tiga kali.

Ia mempertimbangkan untuk mengontak L lagi. Tidak ada jawaban pada awalnya, jadi… tidak, kemarin berada di rumah, tapi di dalam apartemen kecil seperti ini tidak mungkin menjauh dari Ryuzaki. Bahkan jika ia menelepon dari kamar mandi, Ryuzaki bahkan tidak perlu untuk bergerak ke pintu agar bisa mendengarnya ia harus menceritakan pada L tentang penyerangan secepatnya… atau apakah itu bukan sesuatu yang L pedulikan?

Misora melihat ke atas dan memandang wajahnya di cermin. Naomi Misora.

Inilah ia.

Sangat jelas.

Semua orang tahu sensasi dari memandangi pada sebuah kata untuk waktu yang lama sampai kau mulai ingin tahu jika itu benar-benar dieja dengan benar. Pada saat yang sama, ada kemungkinan untuk meragukan diri sendiri, untuk bertanya-bertanya berapa lama seseorang bisa menjadi dirinya sendiri. Apakah ia masih menjadi dirinya sendiri? Yang mengapa ini sangat penting.

Mengapa ia menatap bayangannya, menegaskannya lagi.

“Tapi apakah L melakukan hal yang sama?” tiba-tiba ia bertanya-tanya. Detetkif terhebat seabad ini, seseorang yang tidak pernah menampakkan dirinya di muka umum, identitasnya tidak diketahui. Berapa banyak orang yang bisa berkata dengan yakin bahwa L adalah L? Adakah seseorang yang lain? Naomi Misora sama sekali tidak mengetahuinya, tapi ia ingin tahu jika L, melihat dirinya di cermin, bahkan akan tahu siapa yang terlihat di belakangnya.

“Cermin… cermin?” Hmm.

Ia hampir menemukan sesuatu di sana.

Cermin… kanan dan kiri berkebalikan di bayangannya… memantulkan cahaya… cahaya memantulkan permukaan licin… gelas, larutan cairan nitrat perak… perak? Bukan, bahannya tidak masalah, yang penting adalah kualitasnya… kualitas… pantulan dari cahaya… bukan, pembalikan kanan dan kiri… yang berlawanan?
“Berlawanan… berlawanan… kebalikan!”

Misora beranjak keluar dari kamar mandi, kembali ke meja. Ryuzaki menaikkan pandangannya dari berkas itu dengan terkejut, mata hitam bulatnya terbuka lebar.

“Ada apa?” tanyanya.

“Gambarnya!”

“Hunh?”

“Foto!”

“Oh, maksud Anda foto tempat kejadian ketiga ini?” tanya Ryuzaki, menempatkan foto tersebut di atas meja sekali lagi. Mayatnya, dengan tangan kiri dan kaki kanan terputus. Misora mengeluarkan dua foto yang lain dari tasnya dan meletakkannya bersebelahan. Foto tempat kejadian korban pertama dan kedua, menampilkan kondisi di mana mereka ditemukan.

“Melihat sesuatu, Ryuzaki?”

“Apa?”

“Apapun tentang foto ini yang membuatmu tidak wajar?”

“Mereka semua mati?”

“Kematian bukanlah hal yang tidak wajar.”

“Betapa filosofisnya.”

“Seriuslah. Lihat—jasadnya berada di posisi yang berbeda. Believe Bridesmaid di atas punggungnya, Quarter Queen tertelungkup, dan Backyard Bottomslash juga di atas punggungnya. Belakang, depan, belakang.”

“Dan Anda melihat pola di sini? Menghubungkannya pada sembilan hari, empat hari, sembilan hari antara pembunuhan? Yang berarti bahwa besok korban keempat akan ditemukan terbaring tertelungkup?”

“Tidak, sama sekali tidak. Maksudku, mungkin itu benar… aku memikirkan kemungkinan yang berbeda. Dengan kata lain, kenyataannya bahwa mayat Quarter Queen yang terbaring tertelungkup sendiri tidaklah wajar.”

Reaksi Ryuzaki sangat tidak memuaskan—sekurangnya, tidak terlihat seperti itu. Barangkali apa yang Misora coba katakan tidak bersampaikan. Ia hanya mendapatkan gagasannya dan berbicara secepatnya, dipenuhi oleh kegembiraan, tanpa sepenuhnya berpikir itu selesai, jadi itu dapat dimengerti.

“Biarkan aku berpikir sebentar,” kata Misora, duduk di kursi sebelah Ryuzaki.

“Misora, ketika sedang berpikir, saya menganjurkan postur ini.”

“ ‘postur ini’?”

Dengan lututmu di depan dadamu seperti itu? Ia menganjurkan itu?

“Sungguh. Itu akan menaikkan kemampuan deduktif sebanyak empat puluh persen. Anda harus mencobanya.”

“Tidak, aku… um… baiklah, baik.”

Itu bukan seperti Ryuzaki ingin Misora untuk merangkak, dan itu tidak menyakitkan untuk dicoba. Mungkin akan membantunya sedikit tenang dari inspirasi yang tinggi.

Misora mengambil postur itu.

“….”

Ia sangat menyesalinya.

Bahkan yang lebih menyedihkannya adalah fakta bahwa gagasannya jatuh di tempat.

“Baik, Misora? Maksud Anda Quarter Queen yang tertelungkup adalah pesan dari si pembunuh? Menunjuk pada korban ketiga…”

“Bukan, bukan pesan—ini adalah hubungan yang hilang, Ryuzaki. Sambungan dari apa yang kau katakan tentang inisial mereka…”

Dua orang aneh yang duduk dengan anehya sedang menjelaskan deduksi yang sedikit aneh, Misora khawatir, pemandangan yang diliputi keanehan ini. Meskipun begitu, ia menunjuk pada setiap gambar bergiliran, ia merasa begitu lama sejak kehilangan kehilangan kesempatan untuk menaruh kakinya kembali di atas lantai. Dan postur ini sebagian besar lebih mudah untuk dipertahankan daripada kelihatannya

“Inisal korban—B.B., Q.Q., B.B. Mmepunyai kedua inisial yang sama tidak cukup untuk menjadi hubungan yang hilang, tapi… korban pertama dan ketiga keduanya memiliki inisial sama—B.B. Jika inisial korban kedua malah Q.Q., maka itu akan menjadi hubungan yang hilang, bukan?”

Dengan perhitungan sederhana, dua puluh enam dikali dua puluh enam sama dengan 676 orang. Bergerak dari inisial yang cocok hanya satu huruf mempersempit keanehan dari sebanyak itu… dan memberikan betapa langkanya nama yang dimulai dengan B, jumlah yang sebenarnya bahkan lebih rendah.

“Teori yang menarik. Tapi Misora, nama inisial korban kedua adalah Quarter Queen, dan inisialnya Q.Q. Apakah Anda secara tidak langsung menyatakan bahwa kemungkinan ia dibunuh karena kekeliruan? Pembunuh itu bermaksud untuk seseorang dengan inisial B.B dan secara tak sengaja malah membunuh Q.Q.?”

“Apa yang kau bicarakan? Pesan pada tempat pertama sudah jelas mengatakn Quarter Queen. Tidak ada kekeliruan di sana.”

“Oh, benar. Saya lupa.”

Apa ia benar-benar terlupa? Ungkapan itu terlihat palsu… tapi jika ia memecahkan teka-teki setiap reaksi Ryuzaki, tidak akan pernah mendapatkannya di manapun.

“Sembilan hari, empat hari, sembilan hari. B.B., Q.Q., B.B. Belakang, depan, belakang. Sudah kemungkinan pasti untuk melihat ini sebagai pembolak-balikan, seperti yang kau nyatakan, dan aku sudah pasti mempertimbangkan ide tersebut, tapi… ketelitian pembunuh mendekatkan pada hal yang membuatnya tampaknya tidak bisa dipercaya. Tidak sesuai dengan kepribadiannya. Orang yang menganalisanya biasanya bertingkah lebih jelas…”

“Tapi metode pembunuhannya—pencekikan, menumpulkan paksa trauma, penikaman… mereka tidak menunjukkan konsistensi apapun.”

“Kecuali kalau mereka sudah pasti berbeda. Ia bersusah payah mencoba sesuatu yang baru setiap waktu. Tapi pembolak-balikan berbeda dengan mengubah-ubahnya. Yaitu kenapa, Ryuzaki, ketika aku melihat ke cermin beberapa waktu yang lalu, itu mengenaiku—B dan Q berbentuk sama.”

“B dan Q? Mereka sudah jelas berbeda!”

“Sebagai huruf kapital. Tapi bagaimana kalau huruf kecil?” ujar Misora, menggambar huruf tersebut di atas meja dengan ujung jarinya. b dan q. Berulangkali. b dan q. b dan q. b dan q.

“Lihat? Bentuknya sama persis! Hanya berlawanan arah!”

“Jadi itulah mengapa ia menghadap ke bawah?”

“Tepat,” Naomi Misora mengangguk. “Perkiraan kasar satu banding 676 orang memiliki inisial B.B., jadi jika kita mengambilnya sebagai hubungan yang hilang, maka si pembunuh pasti mempunyai banyak masalah dalam mencari korbannya. Satu orang cukup mudah, tapi dua, tiga, bahkan empat… bahkan lebih banyak lagi. Ia tidak punya pilihan selain malah menggunakan Q.Q.”

“Saya setuju dengan semuanya kecuali kalimat terakhir. Saya tidak yakin akan lebih mudah mencari seseorang dengan inisial Q.Q. daripada mencari seseorang lain dengan B.B. Bahkan jika memang begitu, saya pikir lebih baik melihat penggantinya sebagai bagian dari rancangan teka-teki untuk tim penyelidik. Jika mereka semua B.B. tepat dari awal, hubungan yang hilang akan menjadi terlalu jelas. Tapi ini hanya perkiraan. Tidak lebih dari tiga puluh persen kemungkinan.”

“Tiga puluh persen…” Benar-benar rendah.

Jika ini adalah tes, Misora pasti sudah gagal.

“Kenapa?”

“Berdasarkan pada teori Anda, kesimpulan Anda dari semua itu memberitahu kita mengapa Quarter Queen ditemukan menghadap ke bawah. Menghadap ke bawah mengarahkan Anda pada teori terbalik dan pada b dan q… tapi kemajuan ini tidak bekerja secara logis, Misora.”

“Kenapa tidak?”

“Huruf kecil,” kata Ryuzaki. “Inisial selalu huruf kapital.”

“Oh…”

Benar.

Inisial tidak pernah ditulis dengan huruf kecil. Selalu huruf besar setiap waktu. Quarter Queen selalu Q.Q., tidak pernah q.q. Sama halnya B.B. tidak pernah b.b.

“Dan kupikir aku menemukan sesuatu,” ujar Misora, mengubur wajahnya di balik lututnya.

Sangat dekat… tapi bahkan pernyataan tegas bahwa analisa si pembunuh ini yang tidak akan pernah berganti menjadi lebih dari potongan yang sedikit saja. Bahkan jika begitu, hubungan antara b dan q tampak sangat berarti…

“Ayolah, Misora. Jangan begitu kecewa.” Hahh…

“Sebenarnya, aku senang teorimu salah. Jika Quarter Queen dibunuh sebagai pengganti… itu adalah alasan yang mengerikan bagi seorang anak pada masa remajanya untuk mati.”

“Yah… jika Anda melihatnya seperti itu…”

Mmm? Misora mengerutkan dahinya, tiba-tiba. Beberapa saat yang lalu, Ryuzaki bersikeras bahwa tidak ada perbedaan antara membunuh seorang anak dan membunuh orang dewasa, tapi sebab karena itu mengganggunya? Alasan seperti ini… apakah itu memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan apapun? Seorang anak pada masa remajanya…

Anak-anak? Seorang anak? Anak kecil?

“…Tidak, Ryuzaki.”

“Dalam hal ini—huruf kecil sepenuhnya,” kata Misora, suaranya bergetar. Bergetar amarah.

“Itulah kenapa sang pembunuh memilik seorang anak.” Anak berusia tiga belas tahun.

Inisialnya.

Huruf besar, huruf kecil.

“Karena ia anak-anak—huruf kecil. Dan itulah kenapa ia tertelungkup—terbalik!”

Sepertinya tidak lama kemudian sebelum Naomi Misora menyadari bahwa Ryuzaki yang dengan antusias menyampaikan inisial yang sama, yang menyampaikan bahwa korbannya anak-anak, dan yang memberinya kopi berlebihan gula dan membuatnya pergi ke kamar mandi, di mana cermin itu yang menyajikan inspirasi yang ia butuhkan untuk menemukan hal tersebut.

Bagaimanapun… Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles.

Hubungan yang hilang telah ditemukan, rincian kritis yang akan, di tahun nanti, memberi nama kasus itu.

Kenapa West L.A.? Karena pada hari itu, Naomi Misora, agen FBI yang diskors menghadap detektif terhebat di dunia, L, juga berada di sana.

“Naomi Misora. Naomi Misora. Tangan L. Mata L. Perisai L. Ah ha ha ha ha ha ha ha! Tidak, itu tidak benar… aku harus tertawa lebih seperti ini… Kya ha ha ha ha ha ha ha! Yah, itu lebih baik.”

Kya ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. Kya ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha.

Tertawa keras, Beyond Birthday bangkit dari tempat tidur. Tertawa kejam, dan parau, tapi tawa yang tidak wajar, tertawa palsu. Seolah-olah tertawa hanya tugas lain yang harus ia lakukan.

---

Berikutnya: Bab 4 - Shinigami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar