Minggu, 28 Desember 2014

[Bab 1] Death Note: Another Note



Bab 1

Pesan

Walaupun sekarang kasus itu disebut sebagai Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles—judul yang cukup menarik—ketika itu benar-benar sedang terjadi, tepat di tengah permasalahannya, kasus itu tidak pernah dinamai dengan apapun yang begitu mengesankan.

Media menyebutnya Pembunuhan Wara Ningyo, atau Pembunuhan Ruangan Terkunci Berantai L.A., atau sejenis nama-nama mengerikan lainnya. Kenyataan ini pastilah sumber yang paling menjengkelkan bagi Beyond Birthday—pelaku pembunuhan yang dipermasalahankan—namun terus terang saja, kupikir nama-nama itu memberikan penggambaran yang lebih akurat mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Biarpun begitu, hari setelah Beyond Birthday melaksanakan pembunuhan yang ketiga, 14 Agustus 2002, 8:15 am, waktu setempat, seorang agen FBI Naomi Misora yang sedang terbaring lunglai di atas tempat tidur apartemennya, baru saja terbangun. Ia mengenakan celana kulit gelap dan jaket kulit yang sesuai, namun itu akan menjadi suatu kesalahan untuk mengira ia terbiasa tidur dengan pakaian seperti ini. Ia telah menghabiskan beberapa jam berkeliling mengendarai sepeda motornya tadi malam, usaha yang sia-sia untuk menghilangkan stress, dan ketika akhirnya ia kembali ke dalam apartemen, ia segera jatuh tertidur tanpa bersusah-payah untuk mandi atau berganti pakaian. Sama seperti dengan nama kasusnya, Misora baru saja memasuki kesadaran umum sebagai salah satu yang memecahkan Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles dengan cepat, namun kenyataannya saat kejadian itu terbentang pada waktu yang nyata, ia telah diberhentikan bertugas sebagai agen FBI. Berdasarkan pada catatan resmi ia hanya sedang absen cuti, namun ini semata-mata karena ia sama sekali tidak memiliki sanggup untuk bertahan dari tekanan atasannya dan koleganya. Pengskorsan, berangkat, liburan musim panas. Aku tidak berpikir kita memerlukan alasan pengskorsannya di sini. Yang pasti adalah ini di Amerika, ia adalah orang Jepang, perempuan, sangat bagus dalam pekerjaannya, dan FBI adalah organisasi yang besar… seharusnya itu menjadi informasi yang cukup. Sebenarnya, ia mempunyai seorang kolega yang mempunyai opini tinggi terhadapnya, itulah persisnya mengapa ia sanggup bekerja di organisasi itu sejauh ini, tapi sebulan yang lalu, sebelum pembunuhan BB di Los Angeles, Misora telah membuat kesalahan besar, sangat sampai ia tidak bisa mempercayainya—yang mengarahkannya langsung pada situasinya sekarang. Hal ini bukan sejenis masalah yang bisa diredakan dengan mengendarai sepeda motor berkeliling di tengah malam.

Misora telah mempertimbangkan dengan serius untuk keluar dari FBI, menyesuaikan segala kehidupannya, dan pindah ke Jepang. Jelas, sebagian dari dirinya telah muak dan lelah dengan semua omong kosong yang datang bersama pekerjaannya, namun yang lebih dari itu adalah perasaan bersalah yang ia rasakan berakhir pada kesalahannya sendiri, yang  bergantung pada bahunya seperti bobot mati. Juga bila di sana tidak ada tekanan dari orang di sekitarnya—bukan hipotetis ini yang hanya sedikit kemungkinannya—Misora ingin meminta waktu luang dirinya.

Atau bahkan berhenti.

Misora perlahan menanggalkan pakaiannya di atas tempat tidur, berniat untuk membersihkan sisa keringat tadi malam, tapi kemudian ia memperhatikan laptop di atas mejanya, untuk beberapa alasan, menyala. Ia tidak ingat menyalakan itu—sama sekali, ia baru saja terbangun. Apakah mungkin ia membentur saklar saat berjalan tadi malam? Dan kemudian jatuh tertidur tanpa mematikannya lagi? Ia tidak ingat melakukan itu, tapi sejak screen saver-nya masih bekerja, tampaknya tidak ada penjelasan yang lain. Orang akan mengira  jika ia mempunyai cukup sisa tenaga untuk menyalakan komputernya, ia pasti juga mempunyai cukup tenaga untuk berganti pakaian. Misora melepaskan jaketnya dan celananya, dan dengan tubuhnya yang terasa lebih ringan, bangkit dari tempat tidur, bergerak ke arah mejanya, dan menggerakkan mouse-nya. Cukup untuk menghilangkan screen saver-nya, namun pada titik itu Misora bahkan menjadi lebih bingung. Program e-mail utama masih berjalan dan menampilkan sebuah pesan “e-mail baru”. Masuk akal jika ia tertidur dengan komputer menyala, namun tertidur di tengah mengecek e-mail-nya? Selagi ia masih terheran-heran mengenai hal itu, ia meng-klik kotak masuk-nya. Ada satu pesan baru, dari Raye Penber. Itu adalah nama pacarnya Misora sekarang. Ia adalah contoh dari agen yang paling jelas memiliki opini tinggi tentang Misora (agar ini tidak menghentikannya memohon pada dirinya untuk pindah ke departemen yang kurang berbahaya setiap kali terjadi sesuatu). Sejak cutinya hampir berakhir, mungkin saja ini hanyalah bisnis, jadi Misora meneruskan untuk membuka pesannya…

Nona Naomi Misora

Saya minta maaf karena menghubungi Anda seperti ini.

Saya ingin meminta bantuan Anda dalam memecahkan kasus tertentu.

Jika Anda bersedia membantu saya, silakan mengakses blok ketiga dari bagian ketiga server Funny Dish pada 14 Agustus jam 9 a.m. Salurannya akan terbuka tepat selama lima menit (tolong putuskan sambungan firewall Anda).

L.

PS: Atas perintah untuk menghubungi Anda, saya menggunakan kebebasan untuk meminjam alamat e-mail teman Anda. Ini adalah cara paling sederhana dan paling aman untuk menghubungi Anda, jadi tolong maafkan saya. Tanpa menghiraukan apakah Anda setuju untuk membantu saya atau tidak, saya mengharuskan Anda untuk memusnahkan komputer ini dalam waktu dua puluh empat jam dari membaca pesan ini.

Ketika ia selesai membaca, Misora segera membaca ulang seluruh pesan dan akhirnya mengecek nama pengirimnya lagi.

L.

Mungkin ia telah diskors, tapi ia masih agen FBI, sudah jelas ia mengenal nama itu—akan menjadi hal yang tak termaafkan jika ia tidak mengenalnya. Ia sempat menganggap kalau Raye Penber, atau seseorang yang lain, sedang memainkan lelucon padanya, namun sulit dipercaya siapapun yang dengan berani membubuhkan nama mereka seperti itu. L tidak pernah menampakkan dirinya di muka umum atau pun pribadi, namun Misora telah mendengar beberapa cerita ngeri mengenai apa yang akan terjadi pada detektif yang mencoba melampaui diri mereka sebagai L. Jadi aman untuk mengatakan bahwa tidak seorangpun yang berani menggunakan namanya, bahkan untuk sekedar lelucon.

Begitu.

“Aw, dang,” gerutunya, dan diteruskan dengan mandi, membersihkan semua keletihan karena malam tadi. Ia mengeringkan rambut hitam panjangnya dan meminum secangkir kopi hangat.

Namun ia hanya berpura-pura mempertimbangkan hal tadi—ia benar-benar tidak memiliki pilihan. Tidak ada agen FBI, terutama peringkat rendah, yang pernah mempertimbangkan penolakan pada permintaan L. Namun saat ini Misora tidak mempunyai opini yang menyenangkan tentang detektif terhebat L, jadi ia berpura-pura ragu, hanya untuk membuat perasaannya membaik. Jika kau mengingat kepribadian Misora, alasan ini sudah jelas. Tampak sekali bahwa alasan laptopnya menyala karena L meng-hack-nya, dan ia semakin depresi sekarang karena harus menghancurkan komputer yang baru dibelinya sebulan yang lalu.

“Aku tidak keberatan… maksudku, aku akan melakukannya, tapi…” Ia tidak punya pilihan.

Pada jam 8:50 lewat, Misora duduk di depan laptopnya, yang mana sekarang tersisa kurang dari dua puluh tiga jam untuk hidup, dan mulai mengikuti instruksi L. Ia bukan seorang ahli hacker, tapi ia telah mempelajari dasar-dasarnya sebagai bagian dari pelatihan FBI-nya.

Baru saja ia berhasil memperoleh akses ke server, seluruh layarnya menjadi putih. Misora sempat khawatir sejenak, lalu ia memperhatikan kaligrafi besar L mengambang di tengah layar dengan tenang.

“Naomi Misora.” Muncul sebuah suara dari speaker laptop, setelah jeda singkat. Jelas sekali itu suara sintesis. Namun ini adalah suara yang dikenal sebagai milik L di setiap departemen investigasi di dunia. Misora pernah mendengarnya beberapa kali sebelumnya—tapi ini adalah pertama kalinya suara itu ditujukan langsung padanya. Rasanya aneh, seperti mendengar namanya di TV—bukan berarti ia pernah mengalaminya, tapi inilah apa yang ia bayangkan sepertinya.

“Ini L.”

“Hai,” Misora mulai berbicara, namun kemudian ia menyadari betapa tidak berartinya itu. Laptopnya tidak terpasang mikrofon, dan tidak mungkin bagi L untuk mendengarnya.

Sebagai gantinya, ia mengetikkan, “Ini Naomi Misora. Suatu kehormatan dapat berbicara denganmu, L.” Jika sambungannya adalah suara, L tentu bisa mendengar suaranya.

“Naomi Misora, apakah Anda familiar dengan investigasi pembunuhan yang sedang terjadi di Los Angeles saat kita bicara?” L berhak untuk urusannya, tanpa mengetahui perkataannya sama sekali. Barangkali karena ia harus menyelesaikan komunikasi ini pada 9:05, namun kelakuan dan sikapnya mempersulit Misora ke jalan yang salah. Seolah cenderung karena ia akan bekerja sama dengan L—yang mana itu benar, namun bertingkah seakan tidak menunjukkan rasa hormat pada harga dirinya. Misora membiarkan dirinya memukul keyboard cukup keras.

“Saya tidak begitu hebat untuk bisa mengingat semua investigasi pembunuhan yang terjadi di Los Angeles.”

“Oh? Begitu juga saya.”

Ia membalikkan sindirannya dengan sombong.

L melanjutkan, “Saya mengacu pada pembunuhan berantai ini—korban ketiga  telah ditemukan kemarin. Saya percaya akan ada korban lainnya muncul.

Berita HNN menyebutnya Pembunuhan Wara Ningyo.”

“Pembunuhan Wara Ningyo?”

Ia belum pernah mendengarnya. Ia sedang cuti dan sengaja menghindari berita seperti itu. Misora pernah tinggal di Jepang sampai ia lulus SMA dan tidak asing dengan istilah itu, namun mendengarnya dilafalkan dalam bahasa Inggris memberikan kesan yang yang tidak biasa.

“Saya ingin memecahkan kasus ini,” kata L. “Saya harus menangkap pembunuhnya. Namun bantuan Anda dalam perkara ini penting, Naomi Misora.”

“Kenapa aku?” ia mengetik. Ini juga bisa berarti “Kenapa kau memerlukan bantuanku?” atau “Kenapa aku harus membantumu?” tapi L mengartikannya yang pertama tanpa keraguan sejenak. Sarkasme tampaknya hilang pada dirinya.

“Tentu saja, karena Anda adalah penyelidik yang terampil, Naomi Misora.”

“Aku sedang absen cuti…”

“Saya tahu. Bukankah itu bagus?” Tiga korban, katanya.

Jelas sekali, itu tergantung pada korbannya, tapi dari apa yang L katakan padanya kasus ini belum mencapai skala yang diperlukan untuk terlibatnya FBI. Ia biasanya akan berasumsi bahwa inilah mengapa L mendatanginya daripada melalui direktur FBI, namun ini  terlalu mendadak. Dan ia hampir tidak diberi waktu untuk memikirkannya dulu. Tapi cukup waktu baginya untuk bertanya-tanya mengapa L ingin terlibat dalam kasus yang terlalu kecil untuk diperhatikan FBI. Ia tidak mengira L akan menjawab pertanyaan itu pada komputernya, bagaimanapun.

Ia memandang jamnya sekilas. Masih ada satu menit lagi.

“Baiklah. Aku akan membantu sebisaku,” Misora mengetik.

L menjawab dengan cepat, “Terima kasih. Saya tahu Anda akan setuju.” Ia tidak terdengar sangat berterimakasih.

Mungkin saja karena kesalahan pada sifat sintesis dari suaranya.

“Biar saya menjelaskan bagaimana Anda akan menghubungi saya nanti. Kita tidak punya waktu, jadi saya akan menerangkannya dengan ringkas. Pertama…”

Pertama, ia harus mengetahui rincian dasar dari Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles. Pada 31 Juli 2002, di kamar tidur sebuah rumah kecil di Insist Street Hollywood, seorang pria bernama Believe Bridesmaid telah dibunuh. Ia tinggal sendirian, bekerja sebagai penulis lepas. Ia telah menulis untuk lusinan artikel majalah di bawah nama-nama yang berbeda dan secara relatif dikenal baik di industri—yang berarti tidak bermakna apa-apa, namun dalam kasus ini muncul akurasi yang wajar. Pria itu dicekik. Awalnya ia dibuat tidak sadarkan diri dengan dibius dan kemudian dicekik dari belakang dengan benda sejenis benang. Tidak ada tanda perlawanan—semua telah dipertimbangkan, kejahatan yang berjalan lancar. Pembunuhan kedua terjadi empat hari setelahnya, pada 4 Agustus 2002. Kali ini di pusat perkotaan, di sebuah apartemen di Third Avenue, dan korbannya adalah seorang gadis bernama Quarter Queen. Kali ini korban dipukuli sampai mati, tengkoraknya dihancurkan dari depan oleh sesuatu yang panjang dan keras. Sekali lagi, korban tampaknya dibius dahulu dan tak sadarkan diri pada saat kematiannya. Mengenai kenapa ditentukannya bahwa kedua pembunuhan itu dilakukan oleh pembunuh yang sama… baiklah, siapapun yang melihat kejahatan itu secara langsung akan memperhatikan hubungannya.

Ada boneka jerami voodoo yang dipaku di dinding kedua tempat. Boneka itu lebih dikenal sebagai Wara Ningyo.

Empat dari mereka ada di Insist Street. Tiga dari mereka ada di Third Avenue. Terpaku di dinding.

Wara Ningyo telah dicakup dalam berita, jadi pada hakikatnya ada kesempatan untuk kejahatan peniru, namun beberapa rincian yang lain cocok sebagai semestinya, mengarahkan polisi untuk mulai memperlakukan kasus itu sebagai pembunuhan berantai. Namun jika begitu, hal tersebut telah meninggalkan pertanyaan yang amat besar—sama sekali tidak ada hubungan antara Believe Bridesmaid dengan Quarter Queen. Tidak ada satupun dari mereka yang mempunyai nomor mereka satu sama lain di ponsel mereka, dan tidak satupun dari mereka yang mempunyai kartunya dalam tempat kartu bisnis, dan selain itu, Quarter Queen tidak mempunyai ponsel ataupun kartu bisnis—ia hanyalah seorang gadis tiga belas tahun. Apa hubungan yang mungkin ia miliki dengan penulis lepas professional berumur empat puluh empat tahun? Jika ada hubungan, mungkin saja melalui ibu gadis itu, yang sedang ke luar kota saat pembunuhan itu terjadi, tapi adanya perbedaan dalam tetanggaan dan situasi antara mereka berdua, masih sulit untuk melihat hubungan apapun yang signifikan. Menggunakan istilah dari novel detektif kuno, masih ada mata rantai yang hilang—mereka tidak bisa mencari hubungan apapun antara korban. Penyelidikan pada dasarnya terfokus pada ini, namun sembilan hari setelahnya (yang mana ketika media mulai menyebutnya Pembunuhan Wara Ningyo) pada 13 Agustus 2002, pembunuhan ketiga pun terjadi.

Ada dua Wara Ningyo di dinding. Masing-masing berkurang satu boneka di setiap pembunuhan.

Pembunuhan ketiga berada di West L.A., di rumah perkotaan dekat Stasiun Metrorail Glass, dan nama korban itu adalah Backyard Bottomslash. Korban ini seorang wanita yang lain—berusia dua puluh enam tahun, di pertengahan usia korban pertama dan kedua—dan ia adalah seorang pegawai bank.
Sekali lagi, ia sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Believe Bridesmaid ataupun Quarter Queen. Ini tidak terlihat seperti mereka pernah bertabrakan satu sama lain di jalan. Ia mati karena kekurangan darah—pendarahan yang parah. Pencekikan, pemukulan, dan akhirnya penikaman—setiap pembunuhan dengan metode yang berbeda, memberi kesan tidak wajar seakan ia mencoba sesuatu yang baru setiap membunuh. Dan ia meninggalkan petunjuk tak berguna pada setiap tempat. Satu-satunya hal lain untuk diselidiki adalah hubungan antara mereka, tapi karena tidak ada apapun yang ditemukan—yang mana sangat aneh bagi pembunuhan untuk jenis ini—pembunuhan ketiga menyisakankan polisi pada kerugian yang sempurna. Pembunuh itu jauh lebih baik daripada polisi.

Aku tidak bermaksud untuk memuji Beyond Birthday, namun dalam hal ini aku akan memberinya penghargaan atas haknya. Oh, benar—sebagai tambahan untuk Wara Ningyo, ada satu kesamaan besar antara tempat kejadian itu—mereka semua berada di ruangan terkunci. Seperti halnya novel misteri lama. Para detektif menyelidiki kasus yang tidak mempunyai banyak nilai di bagian aspek dalam kasus… namun ketika Naomi Misora menerima arsip kasus dari L, perkataan ini adalah hal pertama yang menarik perhatiannya.

Ketika Misora memulai penyelidikan kasus—tidak sebagai agen FBI, tapi sebagai individu di bawah pengawasan L—adalah hari setelah ia menerima permintaan L, pada 15 Agustus. Ia sedang berhenti bertugas, maka lencana dan pistolnya telah diambil darinya, meninggalkannya dengan tidak ada lagi hak persenjataan daripada masyarakat biasa.

Namun ia tidak begitu memikirkannya—Misora tidak pernah menjadi agen yang membuang otoritasnya di sekitar. Ia sedang seperti orang bodoh, dan kondisi mentalnya sedikit berombak, jadi ia sedang tidak berada dalam kondisi terbaiknya untuk menghadapi  suatu kasus, namun dalam hal ini lapisan emosinya serupa dengan L. Dengan kata lain, ia tidak pandai dalam bekerja berkelompok, dan kemampuannya bersinar terang ketika ia melarikan diri dari ikatan organisasi dan bekerja sendiri—yang dalam dirinya mungkin menjelaskan mengapa ia mempunyai sejumput kebencian yang melekat pada L.

Tapi pada 15 Agustus, di saat masih siang, Naomi Misora sedang berada di Insist Street Hollywood, tempat pembunuhan pertama. Melihat seksama rumah itu, yang tampak terlalu luas untuk seorang pria yang tinggal sendirian, Misora memasukkan tangannya ke dalam tas, mengeluarkan ponsel, dan memanggil nomor yang telah diberikan. Ia sudah diberitahu untuk mengacaknya lima kali dan benar-benar aman. Tidak hanya aman untuk L, namun juga keamanan bagi cutinya Misora. “L, aku sudah sampai di tempat kejadian.”

“Bagus,” ujar suara buatan itu, seolah ia telah menunggunya.

Misora sempat bertanya-tanya di mana L berada, di lingkungan seperti apa ia menjalankan penyelidikannya, namun ia dengan cepat menyadari bahwa itu tidak membuat perbedaan yang lebih baik.

“Apa yang harus kulakukan?”

“Naomi Misora, apakah Anda berada di dalam bangunan atau di luar?”

“Di luar. Aku sedang mengarah ke tempat terjadinya kejahatan tapi belum memasuki halaman.”

“Maka silakan masuk ke dalam. Ruangannya tidak terkunci. Saya telah mengaturnya untuk itu.”

“Trims.”

Persiapan yang bagus.

Ia menggertakkan giginya, menahan dorongan untuk mengatakan sesuatu yang sarkastis. Biasanya ia akan dianggap dengan mempersiapkan maksud baik untuk menghormatinya, namun sulit untuk mengakui bahwa seseorang sudah mempersiapkannya secara menyeluruh.

Ia membuka pintu dan memasuki rumah. Korban dibunuh di kamar tidurnya, dan Misora sudah melibatkan cukup penyelidikan dengan FBI untuk membuat perkiraan adil di mana letak ruangan itu berada dari luar. Rumah seperti ini biasanya mempunyai kamar tidur di lantai pertama, maka ia bergerak berdasarkan itu. Sudah dua minggu sejak pembunuhan tersebut, namun mereka jelas menjaga tempat itu bersih. Tidak ada noda debu dimanapun.

“Tapi L…”

“Apa?”

“Berdasarkan data yang kuterima kemarin—tidak menyatakan kejelasannya, tapi polisi telah memeriksa tempat ini.”

“Ya.”

“Aku tidak yakin bagaimana kau melakukannya, tapi kau pasti sudah melihat laporan polisi yang mencakup itu.”

“Ya.”

Sangat tidak membantu.

“Jadi tidak ada artinya keberadaanku di sini?”

“Tidak,” kata L. “Saya berharap Anda mampu menemukan sesuatu yang belum polisi temukan.”

“Baiklah… cukup jelas.” Atau mungkin sedikit jelas.

Pada akhirnya tidak menjelaskan apapun.

“Kata mereka Anda harusnya mengunjungi tempat kejadian perkara seratus kali, jadi pergi ke sana hampir tidak ada gunanya. Sementara waktu telah terlewatkan, jadi ada kemungkinan sesuatu mengambang di permukaan. Naomi Misora, hal pertama yang kita bekukan untuk memikirkan tentang kasus ini adalah hubungan antara para korban. Apa yang menghubungkan Believe Bridesmaid, Quarter Queen, dan korban baru, Backyard Bottomslash? Atau apakah tidak ada hubungan, dan pembunuhan itu sepenuhnya acak? Namun bahkan jika itu acak, pasti ada beberapa hal logis dari mana pembunuh itu memilih korbannya. Apa yang saya minta untuk Anda lakukan, Naomi Misora, adalah untuk menemukan mata rantai yang hilang.”

“Begitu…”

Ia tidak bersungguh-sungguh, namun ia mulai mengerti kalau berdebat dengan L tidak akan membuatnya berhenti mengelak dan menceritakannya apa yang sebenarnya ia ingin ketahui, jadi ia memutuskan untuk tidak menanyakan banyak pertanyaan. Di samping itu, ia telah menemukan kamar tidurnya. Pintu itu terbuka ke dalam dan mempunyai tombol pengunci.

Ruangan terkunci.

Tempat kejadian yang kedua dan ketiga juga mempunyai tombol pengunci… apakah itu hubungannya? Tidak, banyak informasi yang sudah berada di arsip. Polisi telah memerhatikan itu. L sedang mencari sesuatu yang lebih.

Bukan ruangan yang begitu luas, tapi tidak banyak perabotan, jadi tidak terasa terjejali. Ada tempat tidur besar di tengah ruangan, namun satu-satunya perabotan lain adalah beberapa rak buku. Rak itu sebagian besar terisi dengan buku petunjuk untuk aktivitas luang yang berbeda dan komik-komik Jepang yang terkenal, memberi kesan bahwa Believe Bridesmaid menggunakan ruangan ini sendirian untuk bersantai. Ia tampak seperti tipe orang yang berhati-hati memisahkan waktu bekerja dan privasi—buka tipe yang sering ditemukan pada penulis lepas. Kira-kira ada ruang kerja di lantai dua, pikir Misora, memandang sekilas pada langit-langit. Ia akan memeriksa itu nanti.

“Ngomong-ngomong, Naomi Misora. Apa pemikiran Anda tentang pelaku yang telah di balik pembunuhan ini? Saya ingin mendengar gagasan Anda sekarang tentang persoalan ini.”

“Aku ragu jika pemikiranku akan berguna untukmu, L…”

“Semua gagasan itu berguna.”

Oh?

Misora berpikir untuk beberapa saat.

“Ia abnormal,” balasnya, tidak terganggu dengan pilihan katanya, hanya menyatakan pikirannya saja. Ini adalah kesan utama yang ia dapat di hari sebelumnya, setelah membaca semua arsipnya. “Bukan hanya karena ia membunuh tiga orang, tapi… setiap tindakan yang dilakukannya hanya mengarah pada kesan awal. Dan ia bahkan tidak mencoba untuk menyembunyikannya.”

“Sebagai contoh?”

“Contohnya… sidik jari. Mereka tidak menemukan sedikit pun sidik jari di seluruh tempat kejadian. Semua telah dihapus bersih seluruhnya.”

“Benar… tapi Naomi Misora, sudah pasti tidak meninggalkan sidik jari adalah teknik paling dasar dalam kejahatan.”

“Tidak pada tingkat ini,” kata Misora, jengkel—ia tahu L mengerti apa yang ia maskudkan dan yakin kalau ia sedang menguji kemampuannya. Menguji untuk melihat jika ia mampu melayaninya sebagai tangan kanannya pada tempat tersebut. “Jika kau tidak ingin meninggalkan sidik jari, kebanyakan orang akan menggunakan sarung tangan—atau sebaliknya, menghapus semua yang mereka sentuh. Tapi orang ini… nyatanya ia menghapus bersih seluruh sidik jari di dalam rumah. Pada semua ketiga tempat kejadian. Awalnya aku mengira jika ia berada di rumah korban berkali-kali sehingga ia tidak tahu apa yang telah ia sentuh dan apa yang tidak, tapi saat aku membaca bahwa ia melepaskan bohlam lampu dan menghapus stop kontaknya, ini akan menjadi cerita yang berbeda. Apa lagi yang bisa kau sebut selain abnormal?”

“Saya setuju.”

Setujukah ia, sekarang?

“Jadi, L, kembali pada apa yang aku katakan tadi, jika ia mengambil tindakan pencegahan seperti itu, maka aku ragu aku masih bisa menemukan apapun yang baru di sini. Hanya ada sedikit harapan yang terbaik. Seseorang seperti ini tidak akan membuat kesalahan.”

Kesalahan.

Seperti salah satu yang ia perbuat sebulan yang lalu.

“Biasanya penyelidikan seperti ini dimulai dengan mencari kesalahan kriminal itu, dan kemudian mengisi teka-teki dari sana, namun dalam ini, aku ragu kita akan menemukan sesuatu seperti itu.”

“Tidak. Saya tidak berpikir begitu,” kata L. “Tapi bagaimana jika itu bukanlah kesalahan?”

“Bukan kesalahan?”

“Ya. Sesuatu yang ia tinggalkan di belakang dengan sengaja. Dan jika detektif polisi gagal memperhatikannya… maka kita mungkin punya kesempatan.”

Sengaja meninggalkan petunjuk? Pernahkah itu terjadi? Tidak dalam hal yang biasa terjadi, bukan—kenapa ada seseorang yang meninggalkan sesuatu di baliknya yang bisa digunakan untuk melawan mereka? Atau tunggu. Sekarang ia menyebutkan itu, mereka telah mengetahui dua contoh dari kelakuan itu persisnya. Salah satunya adalah Wara Ningyo yang terpaku di dinding, dan yang lain adalah tombol pengunci, menciptakan ruangan terkunci. Di sana tidak ada kesalahan, tapi jelas ditinggalkan oleh pembunuh. Terutama yang terakhir. Pastinya hal yang paling menarik perhatian Misora—ruangan terkunci hampir selalu diciptakan ketika pembunuh mencoba untuk memperlihatkannya seperti bunuh diri. Tapi pada korban pertama yang dicekik dari belakang, yang kedua dipukuli sampai mati dengan senjata yang tidak ditemukan di tempat kejadian, dan korban yang ketiga ditikam dengan, lagi, senjata yang tidak tertinggal di tempat… tak satupun yang bisa dikelirukan sebagai bunuh diri. Yang berarti tidak ada apapun yang bisa didapat dari ruangan terkunci. Itu bukan kesalahan, tapi itu juga hal yang tidak wajar.

Wara Ningyo juga sama. Ia tidak tahu apa maknanya.

Semenjak Wara Nigyo digunakan sebagai kutukan di Jepang, orang-orang dengan ramai akan berteori bahwa pembunuh adalah orang Jepang, atau seseorang dengan dendam yang mendalam terhadap orang Jepang, namun terutama sejak Wara Ningyo adalah variasi murah yang bisa dibeli di toko mainan (sekitar tiga dollar) tidak ada satupun teori yang memperoleh keuntungan.

Misora menutup pintu di belakangnya, dan karena tombol pengunci itu setinggi pinggangnya, ia lupa memutarnya dan mengunci dirinya.

Kemudian ia memeriksa setiap lokasi dimana boneka itu dipaku di dinding. Ada empat boneka.

Satu di setiap empat dinding di ruangan persegi itu. Jelas, mereka telah diambil oleh polisi sebagai bukti penting, dan tidak lagi di sini. Cukup mudah memberitahu di mana letaknya, selagi ada lubang di dinding. Misora mengeluarkan enam foto dari tasnya. Satu foto untuk setiap keempat boneka. Yang satu menampilkan si korban, Believe Bridesmaid, terbaring terlentang di atas tempat tidur. Hal itu jelas menunjukkan bekas tali di sekitar lehernya.

Dan kemudian gambar terakhir.

Ini bukan dari tempat kejadian, tapi foto dekat dari dada terbuka Believe Bridesmaid, diambil selama otopsi. Ada sejumlah sayatan besar di sana, yang tampak digoreskan di atas dagingnya dengan pisau. Goresan itu tidak dalam, tapi berada di segala arah. Berdasarkan hasil laporan, sayatan itu dibuat setelah kematian korban.

“Secara umum, ketika pembunuh melakukan pengrusakan tanpa arti pada mayat, mereka mempunyai dendam yang mendalam terhadap korban… untuk seorang penulis lepas yang akan mengambil pekerjaan apapun, aku tidak akan terkejut jika ia mempunyai beberapa musuh. Ia membuat banyak kolom isu…”

“Tapi Naomi Misora, itu tidak menjelaskan hubungan pada pembunuhan kedua dan ketiga. Kedua mayat itu juga dirusak dengan cara itu yang tidak mempunyai hubungan langsung pada penyebab kematian mereka—faktanya, kerusakan itu terlihat meningkat di setiap pembunuhan.”

“Mungkin saja Bridesmaid hanyalah satu-satunya yang mempunyai dendam terhadapnya, dan kedua pembunuhan lain hanya dirancang untuk menyamarkannya. Atau mungkin itu bukan Bridesmaid, tapi salah satu diantara dua yang lain… atau dua diantara tiga, dan yang ketiga adalah kamuflase. Malam penghancuran itu akan semakin buruk karena bagian dari penyamaran itu, atau…”

“ Anda percaya pembunuh itu hanya berpura-pura untuk membunuh tanpa pandang bulu?”

“Tidak. Ini hanyalah pertimbangan satu motif yang berharga. Ide ini tidak akan menjelaskan Wara Ningyo. Maksudku, mungkin ia dengan sengaja meninggalkan mereka untuk membuktikan bahwa ketiganya dibunuh oleh orang yang sama—dan pintu yang terkunci mungkin juga untuk alasan yang sama.”

Yang mana kasus itu bergerak dari Hollywood ke pusat kota lalu ke kota pinggiran barat bisa terlihat sebagai upaya untuk membingungkan penyelidikan. Semakin banyak orang yang berhubungan dengan kasus, semakin kacaulah penyelidikan itu jadinya… dan memilih seorang gadis kecil sebagai korban kedua mungkin saja dengan sengaja untuk membuatnya terlihat seperti seorang yang gila.

“Berpura-pura menjadi abnormal… baiklah, hanya sebuah gagasan untuk melakukan itu saja sudah cukup abnormal,” ujar L. Misora terkejut mendengar L mengutarakan sesuatu semacam perasaan manusia. Emosi yang ia rasa sangat mirip dengan terkesan, dan ia segera mengembalikan percakapan ke topik semula—untuk menutupi reaksinya, jika bukan untuk menyembunyikannya.

“Jadi, L, aku merasa konyol saat mencoba menemukan hubungan antara para korban. Kupikir polisi sudah melakukan tugasnya dengan baik, dan… sebenarnya, memeriksa semua orang yang mengetahui setiap dari mereka terlihat lebih berguna. Maksudku, korban ketiga, Backyard Bottomslash… ia seharusnya terlibat dalam setiap urusan berhadapan dengan bank.”

“Tapi Naomi Misora,” L menginterupsi. “Ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan. Saya yakin akan ada korban keempat dalam waktu dekat ini.”

Ia mengatakan sesuatu yang serupa pada hari sebelumnya. Akan ada korban lainnya. Tapi berdasarkan apa?

Dengan pembunuh yang masih di luar, kemungkinannya jelas, namun tampaknya hanya seperti pembunuhan yang akan berakhir pada yang ketiga. Ini tergantung pada tingkah si pembunuh—sebagai seorang penyelidik, ia sulit untuk menempatkan rintangan yang lebih tinggi daripada dibagi dua.

“Jumlah Wara Ningyo,” kata L. “Empat di mana Anda berada, tiga di pusat kota dengan korban kedua, dan dua di tempat ketiga, di West L.A—berkurang satu boneka di setiap tempat.

“Yah. Lalu?”

“Jumlah boneka itu masih bisa dikurangi satu.”

Ia sudah menebaknya. Pada faktanya, itu membuat sedikit arti untuk menghitung mundur dari empat ke dua dan kemudian berhenti. Bahkan jika teori Misora benar, dan ia membunuh tanpa pandang bulu untuk mengkamuflase korban yang sebenarnya, maka semakin banyak korban semakin efektif rencana ini. Tentu saja, setiap pembunuhan baru akan menimbulkan risiko, tapi membalikkannya mungkin akan membenarkannya. Sebenarnya, tidak ada yang memberitahu jika pembunuh ini bahkan mempertimbangkan pembunuhan sebagai risiko—ada beberapa pembunuh tertentu yang mempertibangkan pembunuhan mereka berbalik cukup. Dan itu abnormal untuk berpura-pura menjadi abnormal…

“Jadi, L… kau berpikir akan ada dua pembunuhan lagi?”

“Lebih dari sembilan puluh persen kemungkinan,” ucapnya. “Saya ingin mengatakannya seratus, tapi masih ada kemungkinan kecil sesuatu akan terjadi pada sisi pembunuhnya, yang mencegahnya untuk melanjutkannya. Jadi mungkin sembilan puluh dua persen. Tapi Misora, jika sesuatu terjadi, itu tidak akan lebih dari dua—hanya satu. Hanya ada tiga puluh persen kemungkinan untuk pembunuhan kelima.”

“Tiga puluh persen?” Banyak juga.

“Mengapa? Ada dua Wara Ningyo… dan jika ia menggunakan boneka itu untuk mewakili korbannya…”

“Tapi dalam kasus ini, ia tidak akan bisa meninggalkan Wara Ningyo pada tempat kejadian kelima. Ia akan mulai dari dua boneka menjadi satu ketika ia membunuh korban keempat. Boneka itu akan membuatnya jelas bahwa itu adalah pekerjaan pembunuh, tapi…

“Oh! Aku mengerti,” ujar Misora, meringis atas kebodohannya. Jelas sekali apapun motif pembunuh itu, meninggalkan Wara Ningyo di tempat kejadian adalah bagian dari aturannya. Ia akan kesulitan untuk membunuh korban kelima ketika jumlah bonekanya telah mencapai nol.

“Ada tiga puluh persen kemungkinan pembunuh tidak memikirkan hal itu sampai sejauh itu, tapi itu sangat diragukan. Bagaimanapun, ia membersihkan stop kontak lampu…”

“ Jadi hanya ada empat korban totalnya. Yang selanjutnya adalah yang terakhir.”

“Tidak. Yang ketiga adalah yang terakhir,” ujar L tegas. Meskipun dengan suara sintesis. “Tidak akan ada yang lain. Tidak dengan keterlibatan saya.”

Kepercayaan diri? Atau kesombongan?

Tidak ada satupun yang Misora nyatakan untuk saat ini. Terutama beberapa minggu terakhir. Seperti apa keyakinan itu?

Seperti apa harga diri itu? Misora tidak tahu lagi.

“Namun saya membutuhkan bantuan Anda, Naomi Misora. Saya mengharapkan sesuatu yang bagus dari penyelidikan Anda.”

“Oh ya?”

“Ya. Harap jaga hati Anda tetap membeku selagi Anda bekerja. Dalam pengalaman saya, kasus seperti ini sangat memerlukan pikiran yang tidak akan bergerak karena apapun. Bertindaklah seolah Anda sedang bermain catur di atas es.”

“….”

Bukankah itu disebut mengeriting?

“L, apa kau tahu kalau aku sedang absen cuti?”

“Ya. Itulah mengapa saya meminta bantuan Anda. Dengan kasus ini, saya membutuhkan individu berbakat yang bisa bekerja dengan sendirinya.”

“Jadi kukira kau juga tahu kenapa aku sedang cuti?”

“Tidak,” katanya, mengejutkan Misora. “Saya tidak tahu itu.”

“Kau tidak memeriksanya?”

“Saya tidak tertarik. Anda berbakat, dan saat ini sedang tersedia, dan itu semua persoalannya—kecuali ada sesuatu yang harus saya ketahui? Jika begitu, saya bisa mencaritahu kurang dari satu menit.”

“Tidak,” ujarnya, meringis.

Ia merasa seperti seluruh dunia telah mengetahui kesalahannya, namun bahkan detektif terhebat di dunia pun tidak tahu. Dan L menganggap absen cuti/pengskorsan Misora membuatnya “tersedia”. Ia tidak pernah berpikir untuk ingin tahu, namun tampaknya L mempunyai selera humor.

“Baiklah, L, jika kita ingin menghentikan pembunuhan keempat, kita harus mulai. Apa yang harus pertama kali kulakukan?”

“Apa yang bisa Anda lakukan?”

“Aku bisa melakukan apapun yang kubisa,” kata Misora. “Aku tahu aku terus-terusan bertanya, tapi jika aku pergi melihat ke tempat kejadian lagi… mencari apapun yang ia tinggalkan selain Wara Ningyo… apa, terutama, yang sedang kucari?”

“Sejenis pesan.”

“Pesan?”

“Ya. Ini tidak terdaftar dalam data yang saya berikan pada Anda, tapi sembilan hari sebelum 31 Juli, sebelum pembunuhan pertama, pada 22 Juli, LAPD menerima sebuah surat.”

“Sebuah surat?”

Ke mana ini akan berlanjut? LAPD…? “Yang berhubungan dengan kasus?”

“Pada waktu itu, tidak ada satupun detektif yang terlibat yang memperhatikan hubungan itu. Saya tidak tahu pastinya jika sebenarnya itu salah satunya, namun saya pikir begitu.”

“Berapa persen?”

“Delapan puluh persen.” Respon yang cepat.

“Pengirimnya tidak diketahui—sistem ekspedisi telah digunakan, dan tidak ada yang bisa menberitahu di mana surat itu dikirim. Di dalam amplop itu ada secarik kertas dengan teka-teki silang ditulis di atasnya.”

“Teka-teki silang? Hunh…

“Jangan meremehkannya. Itu adalah teka-teki sangat sulit, dan tidak ada seorangpun yang bisa memecahkannya. Tentu saja, kita juga bisa menganggap itu berarti tidak seorangpun mengerahkan dirinya pada teka-teki itu dengan serius, tapi tampaknya pantas untuk berhipotesa bahwa beberapa polisi yang bekerjasama tidak sanggup memecahkan teka-teki itu.”

“Begitu. Jadi?”

“Pada akhirnya mereka memutuskan bahwa teka-teki itu hanyalah keisengan, dan dibuang… tapi jaringan pengumpulan informasi saya memperoleh salinannya kemarin.”

“Kemarin…”

Jadi itulah kenapa hal itu tidak ada dalam arsip. Bahkan jika Misora bersiap untuk memulai penyelidikannya, L sudah mengejar persoalannya dari sudut yang berbeda.

“Saya memecahkannya,” kata L.

Rupanya hipotesa tentang kesulitan teka-teki itu telah membentuk bualan terlebih dahulu. Ia pasti banyak mengerutkan dahinya, pikir Misora. Bukan berarti ialah yang berbicara.

“Jika saya tidak salah, maka jawaban dari teka-teki itu adalah di mana Anda berada—alamat pembunuhan pertama.”

“221 Insist Street Hollywood? Di mana aku berada sekarang? Tapi itu berarti… waktu itu.”

“Tepatnya. Ia memberitahu mereka ia akan melaksanakan pembunuhan itu. Tapi karena teka-teki itu sangat sulit dan tidak seorangpun yang bisa memecahkannya, itu tidak secara realistis mempertahankan kesempatan untuk melayani maksud tersebut…”

“Apakah LAPD menerima surat yang lain seperti itu? Yang mengindikasi alamat untuk korban kedua atau ketiga?”

“Tidak. Saya sudah mengecek seluruh Kalifornia, hanya untuk meyakinkan. Saya tidak menemukan sejenis surat atau e-mail lainnya. Saya berencana untuk tetap mencari, tapi…”

“Lalu itu mungkin hanya kebetulan? Tidak, itu tidak mungkin. Jika di sana tertulis alamat ini sama persis, seharusnya… jadi kenapa sembilan hari
sebelumnya?”

“Waktu antara pembunuhan kedua dan ketiga juga sembilan hari. 4 Agustus ke 13 Agustus. Kemungkinan si pembunuh menyukai angka sembilan.”

“Tapi hanya ada empat hari antara pembunuhan pertama dan kedua… kemungkinan semata?”

“Penafsiran yang masuk akal. Namun tampak berharga mengingat keterlambatan waktu. Sembilan hari, empat hari, sembilan hari. Dengan kata lain, si pembunuh adalah tipe yang memperlihatkan aksinya pada polisi. Bahkan jika ia hanya berpura-pura menjadi tipe pembunuh seperti itu, menyisakan kesempatan bagus bahwa ada semacam pesan di ruangan itu, sesuatu selain Wara Ningyo.”

“Hmm… jadi…” Sesuatu yang disengaja.

Pesan yang lebih sulit untuk dimengerti daripada Wara Ningyo… sesuatu seperti teka-teki silang yang sangat menantang. Misora merasa seakan ia akhirnya mulai mengerti kenapa L memerlukan bantuannya. Tidak mungkin seorang detektif yang selalu berada dalam ruang kerjanya akan mampu mencari sesuatu seperti ini dengan sendirinya. Kau harus melihat tempat kejadian dengan matamu sendiri, mampu menjangkau keluar dan menyentuh benda… dan itu memerlukan kualitas daripada kuantitas. Seseorang yang bisa melihat tempat kejadian dari perspektifnya sendiri, cara berpikirnya sendiri… Tapi ia juga berpikir kalau L menaruh terlalu banyak persediaan pada dirinya. Jika ia harus menjadi mata L sebaik mungkin… itu terlalu banyak untuk dipegang oleh seorang agen biasa .

“Ada yang salah, Naomi Misora?”

“Tidak… tidak apa-apa.”

“Baiklah. Untuk saat ini, mari kita akhiri komunikasi ini. Saya punya banyak hal yang harus saya urus.”

“Tentu.”

Ini L, jadi tidak diragukan lagi ia sedang memecahakan beberapa kasus sulit sekaligus. Kasus di seluruh dunia. Baginya, kasus ini hanya salah satu dari banyak investigasi paralel. Bagaimana bisa ia menegakkan reputasinya sebagai detektif terhebat di dunia?

Detektif terhebat sepanjang masa, L. Detektif tanpa klien.

“Saya akan menunggu untuk mendengar hal bagus dari Anda. Lain waktu Anda menelepon saya, silakan menggunakan baris nomor lima, Naomi Misora,” ujar L, dan sambungan terputus.

Misora melipat ponselnya dan meletakkannya kembali ke dalam tas. Kemudian ia bergerak ke arah lemari buku untuk memulai penyelidikannya. Tidak ada apa-apa di dalam kamar tidur ini, jadi tidak banyak lagi untuk diselidiki.

“Tidak seburuk pembunuhnya, tapi tampaknya Believe Bridesmaid agak terobsesi dengan dirinya sendiri…”

Buku itu tersusun dengan rapat di dalam rak tanpa adanya celah. Misora menghitung dengan cepat—lima puluh tujuh jilid. Ia mencoba untuk menarik salah satu secara acak, tapi ini agak sulit dilakukan. Jari telunjuknya yang merangkum sendiri tidak cukup membuktikan, dan ia harus menggunakan ibu jarinya dan meniru prinsip pengungkit untuk menariknya keluar. Ia membalik halaman hingga selesai, sadar bahwa ini semua sia-sia. Ia hanya membuat tangannya tetap sibuk selagi ia mencoba untuk memahami apa yang akan dilakukan. Akan lebih baik dan mudah jika ada pesan tersembunyi di antara halaman buku, namun itu terlalu banyak diharapkan. Berdasarkan pada arsipnya, seperti stop kontak lampu, setiap halaman pada setiap buku telah dibersihkan, menghilangkan semua sidik jari—menduga tidak hanya si pembunuh yang sangat bertingkah, tapi polisi juga faktanya membicarakan semua buku-buku itu. Salah satunya berasumsi tidak ada pesan di sana.

Atau pesannya telah diatur agar polisi tidak memperhatikannya… sesuatu yang terlihat seperti penanda buku biasa, tapi sebenarnya mempunyai sandi tersembunyi di dalamnya… Namun setelah membalik beberapa halaman buku, ia menolak teori ini pula. Buku-buku yang ada di sini tidak mempunyai penanda buku. Believe Bridesmaid tidak terlihat sebagai tipe orang yang menandai bukunya. Kebanyakan pembaca yang cerewet membenci lengkungan  pada halaman yang bisa diberi penanda buku.

Yang berarti bahkan pembunuh yang paling cerewet itu pun tidak pernah berniat menaruh apapun di dalam buku. Misora menjauh dari rak buku. Ia melihat sekilas ke bawah tempat tidur, tampaknya hanya sedikitpun melakukan penyelidikan di sini. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menarik lepas seperainya dan melihat ke bawah tempat tidur. Dan ia bahkan tidak perlu mengecek arsipnya untuk mengetahui apa yang telah polisi lakukan, hampir terlihat tidak ada kemungkinan pesan tersembunyi di sana jika polisi tidak ingin memperhatikannya.

“Di bawah karpet… di balik kertas dinding… tidak, tidak, kenapa ia harus menyembunyikan pesan? Ia ingin pesan itu ditemukan. Bukan pesan namanya jika tidak bisa ditemukan. Ia mengirim teka-teki silang ke polisi… egois sekali. Ia ingin teka-teki itu sulit… untuk membuktikan bahwa kami bodoh.”
Ia tidak mencoba untuk mengecoh mereka. Ia hanya mengejek mereka.

“ ‘Kau berada di bawahku. Kau tidak bisa mengalahkanku,’—itulah yang dikatakan pesan tersebut. Berarti… ia tidak mencoba untuk membuat segalanya menjadi benar dan terhindar untuk tertangkap, ia telah melebihi sesuatu dari tujuannya… atau hanya bermain-main dengan kami adalah tujuan utamanya? Siapa ‘kami’ yang dimaksud? Polisi? LAPD? Masyarakat? Amerika Serikat? Dunia? Tidak… skalanya terlalu kecil. Ini lebih ke perorangan. Jadi pesan ini… atau sesuatu seperti pesan… pasti ada satu di ruangan ini… atau, tunggu…”

Pasti ada yang salah. Mungkin juga tidak.

“Sesuatu  yang harusnya berada di sini, tapi tidak ada… sesuatu yang hilang, yang pernah berada di sini… Wara Ningyo? Bukan, itu simbol untuk korban, bukan pesan… kamar tidur… oh, ya! Penghuninya! Penghuni kamar tidak ada di sini.”

Sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak ada di sini lagi. Seperti pemilik ruangan itu, Believe Bridesmaid.

Misora mengeluarkan foto-foto itu lagi dan melihat dengan cermat dua gambar pada mayat Bridesmaid—yang satu diambil di tempat kejadian, dan yang satu diambil saat otopsi. Jika si pembunuh meninggalkan pesan pada tubuhnya, jelas bukan bekas tali, tapi luka sayatan pada dadanya. Seperti yang Misora katakan pada L, biasanya akan dianggap sebagai dendam pribadi, namun sekarang ia memikirkannya lagi, sayatan-sayatan itu tidak wajar. Pada foto dari tempat kejadian, tubuhnya terlentang, menggunakan kaos yang sedikit berlumuran darah… tapi kaos itu tidak rusak sama sekali. Itu berarti setelah si pembunuh membunuhnya, ia melepaskan kaosnya, menyayat tubuhnya dengan pisau, dan kemudian memakaikan kaosnya kembali. Jika itu hanya dendam biasa, seharusnya ia langsung menyayat kainnya juga. Apakah ada alasan ia tidak mau merusak kaosnya? Tapi ia tampak tidak peduli jika kaos itu berlumuran darah… dan kaos itu tentunya milik korban. Salah satu kaos yang selalu dipakainya saat tidur…

“Jika kau… melihatnya dengan benar… bekas itu… terlihat seperti huruf… seperti…” Kau harus memutar gambar itu berkali-kali.

“V… C… I? Bukan, M… V lainnya… X? D… dan tiga I berturut-turut… L? Tampak seperti L… hmm, rasanya seperti aku memaksakannya…”

Ini hanya bekerja jika kau melihatnya. Tidak seperti kanji atau hangul—huruf alfabet itu dibuat dari garis dan lengkungan sederhana, dan bekas goresan serampangan, entah itu dengan pensil atau pisau, akan terlihat seperti sesuatu.

“Biasanya aku ingin tahu apa yang dipikirkan oleh detektif yang berwenang, orang yang seharusnya terlibat dalam kasus… tapi aku tidak punya lencana saat ini, jadi itu di luar keinginan. Tentu saja, mungkin L yang mengurusi hal itu untukku.”

Misora mulai memahami betapa sulitnya bekerja sendiri, tanpa dukungan organisasi. Ia selalu merasa salah tempat di FBI, tapi ia baru saja menyadari betapa banyaknya ia mengambil sumber keuntungan yang diberikan.

“Kurasa aku harus memeriksa ruangan yang lain… memang sia-sia. Tapi jika ia membersihkan seluruh sidik jari di rumah…” gumamnya, dan berbalik meninggalkan ruangan.

Tetapi ia baru menyadari bahwa ada satu tempat yang belum ia periksa. Di bawah tempat tidur. Cukup mudah untuk melihatnyanya, dan jauh lebih memungkinkan daripada di bawah karpet atau di balik kertas dinding—tampaknya tidak mungkin polisi melewati titik mati yang sudah jelas itu, namun sepertinya bagus juga merangkak ke bawah sana, untuk lebih menyakinkan. Mungkin ada sesuatu yang baru yang bisa ia lihat dari bawah sana. Karena itu,
Misora merunduk ke bawah di sebelah tempat tidur…

Dan sebuah tangan membentang keluar dari bawah tempat tidur.

“…?!”

Misora segera melompat mundur ke belakang, menekan perasaan yang melandanya karena gerakan yang tiba-tiba itu, dan mengajungkan tinjunya. Ia tidak mempunyai senjata apapun—bukan karena ia diskors, tapi karena ia benar-benar tidak menggunakannya untuk dibawa ke manapun. Tanpa senjata, tidak ada pelatuk yang bisa ditariknya.

“Apa… tidak, siapa kau?” teriaknya, mencoba untuk bernada mengancam. Namun tangan itu disusul dengan tangan yang kedua, seolah-olah suaranya hanyalah angin lalu, dan diikuti tubuh orang itu. Seorang laki-laki, merayap keluar dari bawah tempat tidur.

Sejak kapan… ia berada di sini…?

Apakah ia berada di bawah tempat tidur ini sepanjang waktu? Apakah ia mendengar pembicaraannya dengan L?

Segala macam pertanyaan memenuhi pikiran Misora. “Jawab aku! Siapa kau?!”

Ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam jaketnya, berpura-pura ia mempunyai senapan. Laki-laki itu mengangkat kepalanya. Dan perlahan berdiri tegak.

Rambut hitam alami.

Kaus polos, celana jeans pudar.

Seorang pemuda, dengan garis hitam dibawah mata besarnya yang berkantung.

Kurus, dan tampaknya agak tinggi, namun punggungnya bungkuk, membuat pandangannya dua kali lebih rendah dari Misora sehingga ia harus mendongak untuk melihatnya.

“Senang bertemu dengan Anda,” ujarnya, sangat tenang. Ia bahkan membungkuk lebih rendah. “Silakan panggil saya Ryuzaki.”

---

Berikutnya: Bab 2 - Ryuzaki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar