Minggu, 28 Desember 2014

[Bab 2] Death Note: Another Note



Bab 2

Ryuzaki

L mendapat tingkat permusuhan tertentu dari para detektif lain, mereka yang cemburu menyebutnya seorang detektif pertapa, atau detektif komputer, namun tidak ada satupun yang memberi gambaran akurat dengan kenyataannya. Naomi Misora juga cenderung memikirkan L sebagai seorang detektif kursi tangan, tapi faktanya, L seseorang yang cukup berlawanan, orang yang sangat aktif, individu yang agresif. Walaupun ia sama sekali tidak tertarik dengan rapat sosial, tentunya ia bukan sejenis detektif yang mengurung dirinya di dalam ruangan gelap dengan tirai tertutup dan menolak untuk keluar. Itu sudah umum diketahui bahwa setelah perang antara tiga detektif terhebat, L, Eraldo Coil dan Danueve sebenarnya adalah orang yang sama. Tentunya, siapapun yang membaca catatan ini hampir pasti tahu… meskipun mungkin mereka tidak tahu kalau L terikat perang dengan Eraldo Coil yang asli, dan Danueve yang asli, yang memunculkan kemenangan, (Mengklaim kode detektif mereka. Rincian perang detektif ini akan kusimpan di lain kesempatan, tapi untuk tambahan ketiga nama itu, L mempunyai banyak kode detektif lainnya. Aku tidak tahu berapa banyak, namun sedikitnya bernilai tiga digit. Dan kebanyakan itu adalah detektif umum—seperti halnya, sebagai seseorang yang membaca catatan ini pasti tahu, kemunculannya sebelum Kira, memanggil dirinya Ryuzaki atau Ryuga Hideki). Tentu saja, Naomi Misora tidak mengetahui hal itu, namun pada pendapatku, nama L, baginya, hanya salah satu dari sekian banyak. Ia tidak pernah mempunyai koneksi langsung pada identitas itu. Ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai L, hanya nama itulah yang paling terkenal dan paling berkuasa di antara kode detektif yang ia gunakan sepanjang hidupnya. Nama itu memiliki kegunaan, tapi tidak memiliki ketidakjelasan. L mempunyai nama asli yang tidak seorang pun tahu, tidak akan ada seorang pun yang tahu, namun nama yang hanya dirinya yang tahu tidak pernah mendefinisikan dirinya. Terkadang aku ingin tahu jika L sendiri tahu nama mana yang tertulis di dalam Death Note, karena nama itu yang membuatnya terbunuh.


Aku ingin tahu.

Tapi kembali ke Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles.

“Ryuzaki…” ujar Naomi Misora, melihat kartu bisnis hitam yang diserahkan padanya tanpa perlu menyembunyikan kecurigaannya. “Rue Ryuzaki, benar?”

“Ya. Rue Ryuzaki,” kata pemuda itu, dengan nada tenang yang sama. Mata besarnya memandangi Misora melalui lingkaran gelap di sekitarnya, dan ia menggigit kuku ibu jarinya.

Mereka telah berpindah dari kamar tidur menuju ruang tengah rumah Believe Bridesmaid. Mereka duduk berseberangan satu sama lain di atas sofa mewah. Ryuzaki duduk dengan kedua lutut di angkat dan lengan yang melingkarinya. Misora mengira itu terlihat sedikit kekanak-kanakan, namun karena Ryuzaki jelas sudah bukan anak-anak lagi, jadi tampak sedikit mengerikan. Faktanya ia tidak bisa mengomentarinya sama sekali karena ia juga tumbuh dewasa. Untuk menghilangkan keheningan canggung ini, Misora memandang kartu itu lagi—Rue Ryuzaki, Detektif.

“Berdasarkan pada kartu ini, kau seorang detektif?”

“Ya, benar.”

“Maksudmu… detektif pribadi?”

“Bukan, istilah itu sangat tidak tepat. Saya merasa kata ‘pribadi’ disertai dengan kelebihan egoisme neurotik… Bisa dikatakan bahwa saya adalah detektif non-pribadi—detektif tanpa ego.

“Begitu…”

Dengan kata lain, ia tidak punya lisensi.

Jika Misora mempunai pena, ia akan menuliskan “bodoh” di kartu itu, namun sayangnya, tidak ada alat tulis yang bisa dijangkau, jadi ia sudahi dengan meletakkannya di atas meja sejauh mungkin, seolah-olah kartu itu kotor.

“Jadi, Ryuzaki… biar kutanyakan lagi, apa yang sebenarnya sedang kau lakukan di bawah sana?”

“Sama seperti Anda. Menyelidiki,” kata Ryuzaki, tanpa sedikitpun perubahan ekspresi di wajahnya. Mata hitam bundarnya tidak pernah berkedip. Agak terguncang.

“Saya disewa oleh orang tua pemilik rumah ini—oleh orangtuanya Tuan Bridesmaid, dan sekarang saya sedang menyelidiki pembunuhan tersebut. Tampaknya Anda di sini untuk alasan yang sama, Misora.”

Dengan maksud ini Misora tidak begitu peduli siapa Ryuzaki itu—detektif pribadi ataupun detektif non-pribadi, ia tidak ingin melakukan apapun dengannya. Satu-satunya yang menjadi masalah adalah seberapa banyak percakapan yang ia dengar dari bawah tempat tidur itu… yang mana skenario terburuk ini bisa mempengaruhi karirnya nati. Jika ada informasi apapun tentang L yang misterius itu dipublikasikan karena kesalahannya, ia akan melakukan hal yang lebih besar daripada sekedar mengundurkan diri. Ia menyinggung pembicaraan itu sambil lalu, dan pemuda itu mengaku kalau tempat tidur itu meredam suaranya sehingga ia tidak bisa mendengar apa yang Misora bicarakan, tapi itu bukanlah hal yang akan ia percayai begitu saja.

“Ya… aku juga seorang detektif,” ujar Misora, merasa tidak punya pilihan lain. Jika ia sedang tidak cuti, ia akan menyatakan dirinya sebagai agen FBI, tapi karena ia cuti, ia tidak ingin mengambil risiko dirinya akan dimintai oleh orang itu untuk memperlihatkan lencananya. Tampak lebih aman kalau berbohong—bagaimanapun, ada kemungkinan jelas ia juga berbohong. Misora tidak perlu merasa bersalah.

“Aku tidak bisa mengatakan kepada siapa aku bekerja, tapi aku telah diminta untuk merahasiakan penyelidikan ini. Untuk mencaritahu siapa yang membunuh Believe Bridesmaid, Quarter Queen, dan Backyard Bottomslash…”

“Oh ya? Kalau begitu kita bisa bekerja sama!” ujarnya segera. Kegelisahan pada tingkat ini anehnya menjadi menyegarkan.

“Jadi, Ryuzaki. Apa kau menemukan sesuatu di bawah tempat tidur itu yang mungkin akan berguna dalam memecahkan kasus ini? Kukira kau sedang mencari sesuatu yang mungkin pembunuh itu tinggalkan, tapi…”

“Tidak, bukan hal yang seperti itu. Saya mendengar seseorang memasuki rumah ini, jadi saya memutuskan untuk bersembunyi dan melihat situasi. Kemudian sudah jelas sekali bahwa Anda bukan orang yang berbahaya, makanya saya muncul.”

“Orang yang berbahaya?”

“Ya. Misalnya, pembunuh itu sendiri, datang kembali untuk mengambil sesuatu yang terlupakan. Jika itu yang terjadi, sungguh sebuah kesempatan bagus! Namun rupanya harapan saya sia-sia.”

Bohong.

Ia bisa mencium adanya kebohongan.

Misora sekarang hampir sepenuhnya yakin bahwa ia bersembunyi di bawah sana untuk mendengarkan percakapannya dengan L. Di lain situasi, mungkin saja itu hanyalah paranoia, namun karakter Ryuzaki ini bukanlah seorang manusia biasa.

Tidak ada hal tentangnya yang tidak menimbulkan kecurigaan.

“Bagaimanapun, malahan saya cukup beruntung bertemu dengan Anda, jadi harapan saya tidak sepenuhnya terhapus. Ini bukan novel ataupun komik, jadi tidak ada alasan bagi seorang detektif untuk saling meremehkan. Bagaimana dengan Anda, Misora? Apakah Anda setuju untuk pertukaran informasi?”

“Tidak. Terima kasih atas tawarannya, tapi aku harus menolak. Aku berkewajiban untuk tetap menjaga rahasia,” balas Misora. L telah memberinya segalanya mengenai kasus yang siapapun bisa memperolehnya—tampaknya ia tidak akan mendapat informasi apapun dari seorang detektif yang tidak berpengalaman. Dan tentu saja, ia tidak berniat untuk memberikannya apapun. “Aku yakin kau punya rahasiamu juga.”

“Saya tidak punya rahasia.”

“Tentu saja ada. Kau seorang detektif.”

“Oh? Kalau begitu saya punya.”

Fleksibel.

Di lain hal kelihatannya sangat baik dengannya.

“Namun tampaknya memecahkan kasus ini harus lebih diutamakan… Baiklah, Misora. Bagaimana dengan ini: saya akan menyediakan Anda dengan semua informasi yang saya punya tanpa balasan apapun.”

“Eh…? Uh, aku tidak mungkin bisa…”

“Saya mohon. Pada akhirnya, bukan menjadi masalah jika saya yang memecahkan kasus ini atau Anda yang memecahkannya. Keinginan klien saya adalah untuk melihat kasus ini terpecahkan, dan hanya untuk melihatnya terpecahkan. Jika Anda memiliki pemikiran yang lebih tajam dari saya, maka memberitahu Anda semuanya akan lebih efektif.”

Semuanya terdengar bagus, tapi orang itu hampir tidak bisa memikirkannya secara nyata, sehingga kewaspadaan Misora tentang Ryuzaki tumbuh semakin jelas. Apa yang dicarinya? Beberapa menit yang lalu ia mengarang kebohongan, mengaku kalau ia mengira Misora mungkin adalah si pembunuh yang kembali ke tempat kejadian, namun teori itu tampaknya jauh lebih cocok untuk seorang pemuda yang bersembunyi di bawah tempat tidur daripada untuknya.

“Anda boleh memutuskan jika Anda ingin memberikan informasi apapun untuk saya setelahnya. Jadi, yang pertama, ini,” ujar Ryuzaki, mengeluarkan secarik kertas terlipat dari kantung celana jeansnya. Ia menyerahkan kertas itu pada Misora, tanpa perlu membukanya dulu. Misora mengambilnya, dan membukanya dengan ragu. Itu adalah teka-teki silang. Sebuah jaringan, dan petunjuk dengan tulisan yang kecil. Misora memiliki firasat kertas apa ini.

“Ini…”

“Oh? Anda tahu tentang kertas itu?”

“Tidak… tidak secara langsung,” ia tergagap, tidak tahu bagaimana reaksinya. Sudah jelas kalau ini adalah teki-teki silang yang sama dengan yang dikirimkan ke LAPD pada 22 Juli, tapi L mengatakan kalau teka-teki yang aslinya sudah dibuang, jadi apa ini salinannya? Bagaimana pemuda ini bisa… bagaimana bisa Ryuzaki berjalan-jalan dengan kertas yang dijejalkan di kantungnya? Saat Misora memikirkannya mati-matian, Ryuzaki menatapnya dengan pandangan menilai. Seolah ia  sedang menilai kemampuannya berdasarkan pada reaksinya…

“Izinkan saya untuk menjelaskan. Sebulan yang lalu, pada 22 Juli, teka-teki silang ini dikirimkan ke LAPD oleh pengirim yang tidak diketahui. Tampaknya, tidak seorangpun yang bisa memecahkannya, namun jika Anda memecahkan teka-teki ini, akan memberi Anda alamat rumah ini. Bisa saja itu adalah sejenis peringatan dari si pembunuh untuk polisi dan masyarakat umum. Pernyataan perang, mungkin.”

“Begitu. Lagipula…”

Meskipun L sudah mengatakannya, sebagian dirinya masih menolak hal seperti teka-teki silang barusan, tapi sekarang ia bisa membaca petunjuknya sendiri, memang terlihat sangat sulit. Petunjuk tersebut seakan membuat frustasi sehingga kebanyakan orang akan menyerah sebelum mencoba untuk memecahkannya. Tapi pemuda di seberangnya itu telah memecahkannya seorang diri?

“Kau yakin jawabannya menunjukkan alamat ini?”

“Ya. Jangan sungkan untuk menyimpannya dan memecahkannya saat Anda luang jika Anda meragukan saya. Lagipula, pembunuh yang mengirim peringatan biasanya hanya untuk mencari perhatian, mengira kalau mereka tidak bisa menebak maksudnya. Lalu Wara Ningyo dan ruangan terkunci adalah aspek dari kasus yang sesuai dengan profilnya. Sepertinya ada kesempatan yang sangat bagus untuk beberapa pesan yang lain… atau sesuatu seperti pesan, yang tertinggal di tempat kejadian. Anda setuju, Misora?”

Kesimpulan yang sama dengan L. Siapa pemuda ini sebenarnya?

Jika ia dengan mudahnya menyatakan deduksi yang sama dengan L, Misora mungkin menganggapnya sebagai perhitungan dari percakapan yang didengarnya saat bersembunyi di bawah tempat tidur, namun untuk dirinya yang mempunyai salinan teka-teki itu, teka-teki yang hanya seseorang seperti L yang mampu mendapatkannya… Keraguan mengenai identitas Ryuzaki menjadi hal yang sangat penting untuknya sekali lagi.

“Permisi,” kata Ryuzaki, menurunkan kedua kakinya di atas lantai dan pergi, masih membungkuk, ke arah dapur—seolah menyelip keluar dari ruangan untuk memberi Misora waktu untuk tenang. Ia membuka kulkas dengan gerakan terlatih, seolah itu adalah rumahnya, menjulurkan tangannya ke dalam, dan mengeluarkan sebuah toples—dan kemudian berjalan terseret-seret kembali ke sofa, membiarkan pintu kulkasnya terbuka. Tampaknya itu adalah setoples selai stroberi.

“Ada apa dengan selai itu?”

“Oh, ini punya saya. Saya membawanya sendiri dan menaruhnya di sana agar tetap dingin. Ini waktunya makan siang.”

“Makan siang?”

Masuk akal jika tidak ada makanan di dalam kulkas milik seorang pria yang sudah meninggal dua minggu yang lalu, tapi makan siang? Misora menyukai itu juga, tapi ia tidak melihat adanya roti—dan awalnya tidak mempunyai gagasan yang berseberangan dengan pikirannya ketika Ryuzaki membuka penutupnya, memasukkan tangannya ke dalam, menyendokkan selai, dan mulai menjilati jari-jarinya.

Naomi Misora memandanginya dengan ternganga. Tak dapat berkata apa-apa.

“Mmm? Ada yang salah, Misora?”

“K-kau mempunyai kebiasaan makan yang aneh.”

“Oh ya? Saya tak berpikir begitu.”

Ryuzaki menyuapi segenggam selai lagi ke dalam mulutnya.

“Ketika saya mulai berpikir, saya membutuhkan sesuatu yang manis. Jika saya ingin bekerja lebih baik, selai yang terpenting. Gula baik untuk otak.”

“Hunh…”

Misora berpendapat bahwa otak Ryuzaki membutuhkan lebih banyak perhatian medis khusus daripada gula, namun saat ini, ia tidak berani mengatakannya begitu. Bahasa tubuh pemuda itu mengingatkannya pada Beruang Pooh, tapi Ryuzaki tidak kuning ataupun menggemaskan, dan hanya sedikit beruang yang cenderung tidak melakukan apa-apa daripada pemuda yang agak tinggi dengan tubuh bungkuk. Ketika ia sudah memakan empat genggam selai, ia meneruskannya dengan menempelkan bibirnya langsung ke pinggiran toples seperti cangkir teh dan menghisap isinya dengan berisik. Dalam beberapa waktu ia telah menghabiskan seluruh selainya.

“Maaf atas penundaannya.”

“Oh… tidak apa.”

“Saya masih punya selai lagi di kulkas jika Anda mau?”

“T-tidak, trims…”

Makanan tadi seperti siksaan. Ia akan menolaknya walaupun ia akan mati kelaparan. Setiap urat dalam tubuhnya menolak Ryuzaki. Seluruhnya. Misora tidak pernah yakin dalam kemampuannya untuk memalsukan senyuman, tapi satu hal yang mengarahkannya sekarang sangatlah menyakinkan. Orang bisa tersenyum bahkan saat ketakutan.

“Baiklah,” kata Ryuzaki, menjilat selai yang ada di jarinya, tidak memberi tanda bagaimana ia menanggapi reaksi Misora. “Jadi, Misora, mari kita pergi.”

“Pergi? Pergi ke mana?” tanya Misora, dengan depresi mencoba mencari cara untuk menolak kemungkinan Ryuzaki berusaha menjabat tangannya.

“Sudah jelas,” kata Ryuzaki. “Melanjutkan penyelidikan kita di tempat ini, Misora.”

Saat ini, Misora masih mampu (sewenang-wenang) memilih jalannya pada apa yang akan terjadi. Ia bisa saja secara fisik mengusir keluar Ryuzaki dari rumah Believe Bridesmaid, dan kita bahkan bisa mengatakan bahwa melakukan itu akan menjadi reaksi paling bijaksana atas kehadirannya, namun disamping menjadi sangat, sangat terbujuk untuk mengambil pendekatan masuk akal, Misora mengubah pikirannya untuk membiarkannya tinggal. Lebih dari apapun, kemungkinan kalau ia mendengar percakapannya dengan L meningkatkan Ryuzaki sebagai bahaya, dan bahkan tanpa dirinya yang mencurigakan, mengancam, dan mempunyai salinan teka-teki silang itu, yang menentukan kesepakatannya. Misora harus membuatnya di bawah pengawasannya sampai ia mengetahui siapa orang itu. Tentunya, seseorang yang lebih mengetahui situasinya, seseorang sepertiku, bisa dikatakan bahwa inilah yang sebenarnya Ryuzaki harapkan, persisnya apa yang ia coba untuk dicapai, namun  terlalu banyak untuk mengharapkan Naomi Misora menyadari hal ini lebih awal. Bagaimanapun, beberapa tahun setelah Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles, ketika ia terbunuh oleh Kira, Misora menyisakan keyakinan kalau ia belum pernah bertemu L secara langsung, ia hanya mematuhi perintah suara tambahan melalui layar komputernya. Tergantung dari bagaimana kau melihatnya, mungkin akan menjadi hal yang bagus untuk dunia bahkan si pembunuh Kira, tahu seberapa dalam hubungan Misora dengan L, tidak akan pernah bisa membunuhnya dengan cepat. Kehidupan L hanya diperpanjang beberapa tahun, bahkan baik itu mungkin berterimakasih pada Misora… tidak, bahkan tentang penilaian spelukasi itu.

Kembali ke inti.

Siapapun yang sudah membaca Sherlock Holmes akan mengingat gambaran hidup dari detektif hebat yang mengelilingi ruangan, mengamati seluruhnya dekat-dekat dengan kaca pembesar. Gambar ikon yang sangat kuat hubungan dengan novel detektif lama dan tidak pernah satupun yang melihat detektif yang berkelakuan seperti itu. Untuk hal itu, istilah novel detektif hampir tidak pernah digunakan—mereka menyebutnya novel misteri, atau thriller. Tidak seorang pun yang ingin seorang detektif menyimpulkan apapun—lebih mengasyikkan jika mereka hanya berkata tanpa berpikir pada kenyataannya. Proses menyimpulkan sesuatu memerlukan banyak pekerjaan dan tidak pernah seorang jenius butuh bekerja. Sama seperti komik-komik lelaki di Jepang, terkenal di seluruh dunia. Buku yang paling popular semuanya mempunyai seorang pahlawan dengan kekuatan yang luar biasa.

Jadi ketika mereka memasuki kamar tidur dan Ryuzaki tiba-tiba turun merangkak di atas lantai, seperti saat ia muncul dari bawah tempat tidur, dan mulai berjalan merangkak ke seluruh ruangan (sekalipun tanpa kaca pembesar). Misora benar-benar terkejut. Berada di bawah tempat tidur tidak menjadi satu-satunya alasan untuk postur ini, tampaknya. Ryuzaki tampak terbiasa menghabiskan waktu dengan merangkak sehingga ia terlihat bersiap untuk memanjati dinding dan melintasi langit-langit.

“Apa yang Anda tunggu, Misora? Bergabunglah dengan saya!” Misora menggelengkan kepalanya sangat cepat sampai pandangannya kabur.

Itu akan menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Tidak, sebagai seorang manusia—mengikuti Ryuzaki akan selalu memisahkannya dari sesuatu yang sangat penting.

“Oh? Memalukan sekali,” ucap Ryuzaki, tampaknya tidak pernah memiliki sesuatu yang kritis pada pokoknya. Ia menggelengkan kepalanya sedih dan melanjutkan pencariannya di ruangan itu.

“T-tapi Ryuzaki… aku tidak mengira ada sesuatu yang tertinggal untuk dicari di sini. Maksudku, polisi pasti sudah mencarinya dengan baik…”

“Tapi polisi mengabaikan teka-teki silang tersebut. Hal itu tidak akan mengejutkan saya sama sekali jika mereka melupakan sesuatu yang lain di sini.”

“Jika kau berkata begitu… tapi hanya sedikit yang bisa dikerjakan. Kuharap aku punya petunjuk untuk apa yang sekiranya ingin kucari—ruangan ini terlalu kosong untuk hanya buang-buang waktu secara acak dan rumah ini terlalu besar.

“Petunjuk…?” kata Ryuzaki, berhenti sebentar dengan setengah merangkak. Kemudian ia menggigit kuku ibu jarinya pelan dengan sangat hati-hati selagi berpikir sejenak, namun gerakan itu menunjukkan sifat kekanak-kanakan yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Misora tidak bisa memutuskan kemenangan mana yang muncul. “Apa yang Anda pikirkan, Misora? Ketika Anda masuk ke dalam, apakah Anda memikirkan sesuatu? Adakah ide yang mungkin membantu untuk mempersempitnya?

“Umm… yah, tapi…”

Ada sesuatu yang tersayat di dada korban. Ia tidak yakin untuk memberitahu Ryuzaki tentang itu. Tapi itu juga benar kalau sebaliknya ia tidak memperoleh hasil apapun… baik itu dengan kasus, atau dengan Ryuzaki. Mungkin ia akan mengujinya, sama seperti Ryuzaki yang mengamati reaksinya ketika ia menyerahkan teka-teki silang itu. Jika ia memainkan kartunya dengan benar, ia mungkin akan mengungkap jika Ryuzaki mendengar pembicaraan teleponnya dari bawah tempat tidur.

“Baiklah… Ryuzaki, sebagai rasa terima kasih untuk sebelumnya, dibanding bertukar informasi lengkap… tolong lihat foto ini.”

“Foto?” kata Ryuzaki, dengan reaksi yang berlebih-lebihan sehingga orang akan mengira ia tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya. Ia datang menghampiri Misora, masih dengan kedua tangan dan kaki di lantai, dan tanpa repot-repot berbalik memutar.

Ryuzaki merangkak mundur ke arahnya, kelakuan yang tentunya akan membuat anak kecil menangis. “Gambar korban,” ujar Misora, menyerahkan foto otopsi padanya.

Ryuzaki mengambilnya, mengangguk kaku—atau membuatnya tampak mengangguk kaku. Sudah banyak Misora mengujinya dari reaksi luarnya, dan ia sama sekali tidak bisa membaca apapun.

“Bagus, Misora!”

“Ya?”

“Berita tidak menyebutkan kalau tubuhnya disayat seperti ini, yang berarti foto ini dari arsip kepolisian. Saya terkesan Anda bisa mendapatkannya. Anda jelas bukan detektif biasa.”

“…Lalu bagaimana kau bisa mendapat teka-teki silang itu, Ryuzaki?

“Itu menjadi kewajiban saya untuk menjaga rahasia.”

Perkataannya tadi berbalik menyentakknya dengan mudah. Ia terlambat menginginkan dirinya membiarkan Ryuzaki untuk menyangkal kalau ia mempunyai rahasia, yang tidak pernah mengajarkannya konsep pada pokoknya.

Misora juga yakin hal itu tidak membuat pertimbangan gramatikal.

“Saya tidak akan menanyakan bagaimana Anda memperoleh foto ini, Misora. Tapi bagaimana ini menghubungkan pada ide Anda?”

“Ya, baik… aku ingin tahu jika pesan itu mungkin adalah sesuatu yang tidak berada di ruangan ini sama sekali, tapi sempat berada di ruangan ini saat itu. Dan hal yang sudah jelas berada di sini, namun tidak ada…”

“Yaitu penghuni ruangan, Believe Bridesmaid. Pintar.”

“Dan jika kau melihat gambar ini dari sudut yang benar… tidakkah luka itu terlihat seperti huruf bagimu? Aku ingin tahu jika itu mungkin sejenis pesan…”
“Oh?” kata Ryuzaki, memegang gambar itu dengan sempurna sambil menggerakkan kepalanya  berputar dengan tersentak-sentak. Apakah tidak ada tulang keras di lehernya? Ia bergerak seperti manusia karet. Misora berusaha untuk memalingkan muka.

“Tidak, bukan huruf…”

“Bukan? Kupikir itu terlalu sulit untuk dibaca…”

“Tidak, tidak, Misora. Saya tidak menyangkal semua gagasan itu, hanya sebagiannya saja. Itu bukan huruf, tapi angka Romawi.”

Oh.

Benar, angka Romawi, sama seperti yang ia lihat di jam dan barang kecil setiap hari—V dan I, jelas sekali, dan C, M, D, X, dan L… ia seharusanya menyadarinya ketika melihat tiga I yang berjajar—itu bukan tiga I, tapi III. Namun di sana ada L sebelahnya, dan ia menghubungkannya dengan nama detektif dan membingungkan dirinya.

“I adalah satu, II adalah dua, III adalah tiga, IV adalah empat, V adalah lima, VI adalah enam, VII adalah tujuh, VIII adalah delapan, IX adalah sembilan, X adalah sepuluh, L adalah lima puluh, C adalah seratus, D adalah lima ratus, M adalah seribu. Jadi luka itu bisa dibaca sebagai 16, 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, dan 31,” ujar Ryuzaki, membaca angka sulit itu tanpa jeda sedikitpun. Apa karena ia pandai dalam angka romawi, atau karena ingatannya benar-benar bekerja sangat cepat?

“Itu hanya sebuah foto, jadi mungkin saja saya tidak membacanya dengan benar, tapi ada delapan puluh persen kemungkinan saya benar.”

“Persen?”

“Bagaimanapun, saya takut itu tidak mengubah keadaan. Kecuali jika kita mengetahui apa maksud dari angka-angka itu, berbahaya untuk menduga itu adalah pesan dari si pembunuh. Boleh jadi itu menjurus ke arah yang salah.”

“Permisi, Ryuzaki,” kata Misora, mengambil langkah mundur.

“Untuk apa?”

“Aku perlu memperbaiki riasanku,”

Tanpa menunggu balasan, Misora meninggalkan kamar tidur dan menaiki tangga menuju toilet di lantai dua (bukan lantai satu). Ia mengunci pintunya dari dalam dan mengeluarkan ponselnya. Ia sempat ragu beberapa saat, lalu menelepon L. Nomor pada baris ke lima. Ada bunyi ‘bep’ singkat seolah itu menghapus sedikit perjuangan, dan akhirnya tersambung.

“Ada apa, Naomi Misora?” Suara sintesis itu.

Merendahkan suaranya dan menyembunyikan mulutnya di balik tangannya, Misora berkata, “Ada sesuatu yang perlu kulaporkan.”

“Kemajuan dalam kasus? Kerja yang cepat sekali.”

“Tidak… uh, sedikit. Aku mungkin tiba-tiba menemukan sebuah pesan dari si pembunuh.”

“Bagus sekali.”

“Tapi bukan aku yang menemukannya. Bagaimana aku mengatakan ini… seorang detektif pribadi yang misterius…” Seorang detektif pribadi yang misterius.
Ekspresinya hampir membuat Misora tertawa. “…baru saja menunjukkan diri.”

“Begitu,” ujar suara sintesis itu, dan kemudian hening.

Itu adalah keheningan yang tidak nyaman bagi Misora, ia telah membuat keputusan untuk menunjukkan Ryuzaki gambar itu dan mencoba untuk mengujinya. Ketika L tidak mengatakan apapun, Misora meneruskan untuk menjelaskan apa yang Ryuzaki katakan mengenai foto otopsi itu. Dan kalau ia mempunyai salinan teka-teki silang tersebut. Potongan informasi ini akhirnya menimbulkan reaksi dari L, tapi karena itu adalah suara sintesis, ia tidak bisa membaca emosi di baliknya.

“Apa yang harus kulakukan? Sebetulnya, kupikir bebahaya jika aku mengawasinya.”

“Apakah ia keren?”

“Hunh?”

Pertanyaan L benar-benar menyimpang dari pembicaraan, dan ia memaksa untuk menanyakan itu dua kali sebelum Misora menjawab, masih tak mampu untuk bekerja dengan apa yang ia jelaskan.

“Tidak, sama sekali tidak,” katanya, terus terang. “Mengerikan dan menyedihkan, dan sangat mencurigakan sehingga jika aku sedang tidak cuti, aku akan menangkapnya saat aku melihatnya. Jika kita membagi semua orang di dunia menjadi yang lebih baik mati dan yang tidak, tanpa diragukan lagi bahwa ia adalah yang pertama. Benar-benar seperti orang sinting sampai membuatku takjub ia belum membunuh dirinya sendiri.”

“….”

Tidak ada jawaban.

Tentang apa ini?

“Naomi Misora, instruksi Anda.”

“Ya?”

“Saya anggap Anda memikirkan hal yang sama dengan saya, tapi biarkan detektif pribadi itu melakukan apa yang ia suka untuk saat ini. Sebagian karena itu berbahaya membiarkannya di luar pengawasan Anda, namun yang lebih terpenting karena pentingnya mengamati tindakannya. Saya yakin pujian untuk kesimpulan foto otopsi itu lebih kepada Anda daripada untuknya, tapi ia jelas bukan orang biasa.”

“Aku setuju.”

“Apakah ia di dekat sini?”

“Tidak, aku sendirian. Aku meneleponmu dari kamar mandi di lantai atas dan di belakang rumah, jauh dari kamar tidur.”

“Kembalilah ke sisinya segera. Saya akan mengikutinya, dan mencoba menemukan jika seorang detektif bernama Ryuzaki benar-benar disewa oleh orangtua Believe Bridesmaid.”

“Oke.”

“Anda bisa menggunakan baris yang sama lain kali menelepon.” Dan ia memutuskannya. Misora langsung mematikan ponselnya.

Ia harus segera kembali, jadi Ryuzaki tidak akan curiga, tapi ia harus berada di sisinya saat waktu yang agak tidak tepat, pikirnya, meninggalkan kamar mandi.

Ryuzaki sedang berdiri di luar pintu. “Eeh…!”

“Misora. Anda di sini?”

Ia tidak sedang merangkak, meskipun demikian, Misora menahan napasnya. Sudah berapa lama ia berada di sana?

“Setelah Anda meninggalkan ruangan, saya menemukan sesuatu yang menarik, dan tidak bisa menunggu. Jadi saya datang untuk mencari Anda. Apa Anda sudah selesai?”

“Y-ya…”

“Lewat sini.”

Ryuzaki melangkah pergi, masih membungkuk, menuju tangga. Masih terguncang, Misora mengikutinya. Apakah ia menguping melalui pintu? Pertanyaan ini menyiksanya. Ia menemukan sesuatu yang menarik? Mungkin itu hanya untuk mengalihkan pembicaraan… ia telah menjaga suaranya sangat rendah dan tidak mungkin ia bisa mendengarnya, tapi bagaimanapun ia pasti hampir mencobanya. Yang mana itu berarti…

“Oh, Misora,” ucap Ryuzaki, tanpa berbalik.

“Y-ya?”

“Mengapa saya tidak mendengar siraman toilet sebelum Anda meninggalkan ruangan?”

“Agak tidak sopan menanyakan perempuan sesuatu seperti itu, Ryuzaki,” atur Misora, meringis sekilas pada kesalahannya. Ryuzaki tidak tampak berubah.

“Oh ya? Meskipun begitu… jika Anda lupa menyiramnya, tidak begitu terlambat. Anda masih bisa kembali. Jenis kelamin  dianggap sama dalam peilaku kebersihan.”

Cara yang menakutkan sekali untuk dilebih-lebihkan. Pada setiap makna perkataannya.

“Aku sedang menelepon. Hanya pengecekan teratur dengan klienku. Tapi aku tidak ingin kau mendengar hal itu.”

“Oh? Walaupun begitu, mulai sekarang, saya anjurkan untuk menyiramnya. Itu memberikan kamuflase yang bagus.”

“Kukira begitu.”

Mereka sampai di kamar tidur. Ryuzaki menurunkan kedua kaki dan tangannya menyeberang ambang pintu. Terlihat seperti metode penyelidikan yang mencontoh Sherlock Holmes daripada semacam pembawa sial religius.

“Sebelah sini.” Ryuzaki berusaha melewati karpet ke arah rak buku.

Rak buku Believe Bridesmaid, dengan lima puluh tujuh buku yang memenuhi tanpa celah. Itu adalah tempat pertama yang Misora periksa setelah berbicara dengan L. “Kau bilang kau menemukan sesuatu?”

“Ya. Sesuatu yang baru—bukan, mari kita pertegas. Saya telah menemukan sebuah fakta penting.” Usahanya untuk terdengar keren mengganggu Misora. Ia abaikan itu.

“Jadi kau menemukan petunjuk dari sesuatu yang ada di rak buku, maksudmu?”

“Lihat sini,” kata Ryuzaki, menunjuk ke sisi kanan pada rak kedua dari bawah. Ada kumpulan sebelas jilid buku komik terkenal Jepang berjudul Akazukin Chacha.

“Ada apa tentang itu?”

“Saya menyukai manga ini.”

“Oh ya?”

“Ya.”

Bagaimana ia harus merespon? Kontras langsung pada keinginannya, ia merasa ekspresinya melembut, tapi dengan tidak berusaha menyelidiki perjuangan terdalamnya, Ryuzaki melanjutkan.

“Anda Nikkei, bukan?”

“Nikkei…? Kedua orang tuaku dari Jepang. Pasporku Amerika sekarang, tapi aku tinggal di Jepang sampai tamat SMA…”

“Jadi Anda pasti tahu manga ini. Karya legendaris Min Ayahana-sensei. Saya membaca semua terbitan yang diserialkan. Shiine sungguh manis sekali! Saya juga menyukai anime-nya seperti saya menyukai manga-nya. Cinta dan keberanian dan harapan—Holy Up!”

“Ryuzaki, apa kau ingin seperti ini dulu untuk sementara? Jika begitu, aku bisa menunggu di ruangan lain…”

“Mengapa Anda melakukan itu ketika saya sedang berbicara dengan Anda?”

“Err, um… maksudku, aku juga menyukai Akazukin Chacha. Aku menonton anime-nya. Aku juga pernah mengalami cinta, keberanian, harapan dan Holy Up.”

Misora ingin memberitahunya persisnya betapa sedikitnya minat yang dimilikinya pada hobi Ryuzaki, namun ragu-ragu apakah detektif pribadi ini akan mampu untuk mengerti pendapatnya langsung pada Ryuzaki dari manapun yang mendekati akal sehat. Sama ragunya dengan Ryuzaki sendiri.

Atau apakah itu hal yang terlalu ditekankan?

“Bagus. Kita akan membicarakan tawaran menyenangkan tentang anime lebih rinci pada lain kesempatan, tapi untuk saat ini, lihat ke sini.”

“Hunh…” Misora bergumam, dengan patuh melihat pada jilid Akazukin Chacha di rak.

Tidak melihat apapun.

“Tidak begitu…”

Hanya sekumpulan komik. Paling itu menerangkan kalau Believe Bridesmaid fasih berbahasa Jepang, dan menyukai manga… tapi ada banyak sekali orang seperti itu di Amerika. Membaca yang aslinya berbahasa Jepang daripada versi terjemahannya bukan hal yang sangat luar biasa. Dengan adanya berbelanja di internet, itu akan menjadi hal yang sangat mudah untuk mendapatkannya.

Mata hitam bundar Ryuzaki menatap Misora terus-menerus. Merasa tidak nyaman, Misora menghindari tatapannya, memeriksa setiap jilid satu per satu. Namun bahkan setelah ia selesai mengeceknya, ia tidak menemukan fakta aneh atau apapun seperti petunjuk.

“Aku tidak melihat apapun… ada sesuatu mengenai salah satu dari komik itu?”

“Tidak.”

“Hunh?” Ada lebih dari tanda kemarahan dalam suaranya. Ia tidak suka dipermainkan. “Tidak? Apa maksudmu?”

“Bukan salah satu dari itu,” kata Ryuzaki. “Sesuatu yang seharusnya di sini, tapi tidak ada. Misora, Anda lah yang mengatakannya—pesan apapun dari si pembunuh ditandai dengan ketidakadaannya pada apa yang seharusnya di sini. Anda lah yang mengatakan bahwa ini berhubungan dengan jasad Believe Bridesmaid. Saya tidak mengira saya perlu menjelaskan ini pada Anda—lihatlah lebih dekat, Misora. Tidak semuanya di sini. jilid empat dan sembilan menghilang.”

“Eh?”

“Akazukin Chacha ada tiga belas jilid. Bukan sebelas.”

Misora melihat buku-buku itu lagi, dan dari nomor satu, dua, dan dari tiga ke lima, enam, tujuh, dan dari delapan ke sepuluh. Jika Ryuzaki benar, dan semuanya ada tiga belas jilid, lalu dua jilidnya hilang—jilid empat dan sembilan.

“Hmm… benar. Tapi… Ryuzaki, lalu apa? Maksudmu si pembunuh mengambil dua jilid itu? Pastinya ada kemungkinan, tapi terlihat sama seperti mereka hilang di tempat pertama. Mungkin ia berencana mengambilnya nanti. Tidak semua orang membaca manga sesuai urutan, kau tahu. Maksudku, nampaknya ia berhenti di tengah-tengah melewati serial Dickwood, di atas sini…”

“Mustahil,” kata Ryuzaki, tegas. “Tidak seorangpun di dunia ini yang pernah melewatkan dua jilid di tengah-tengah Akazukin Chacha. Saya sangat yakin sekali fakta ini akan diterima baik di pengadilan.” Pernahkah orang ini berada di pengadilan?

“Atau paling tidak, jika anggota juri itu tahu banyak tentang komik Jepang.”

“Benar-benar juri yang memihak.”

“Si pembunuh sudah pasti mengambil komik itu,” ujar Ryuzaki, terang-terangan mengabaikannya. Misora tidak akan membiarkan ini berlalu. Kakinya tertanam dengan tegas di atas lantai secara realistis.

“Tapi kau tidak punya bukti sama sekali, Ryuzaki. Ini sama kemungkinannya ia hanya meminjamkannya pada seorang teman.”

“Akazukin Chacha?! Anda bahkan tidak akan meminjamkan itu pada orangtuamu! Anda akan memberitahu mereka untuk membelinya sendiri! Satu-satunya penjelasan yang memungkinkan adalah si pembunuh mengambilnya!” Ryuzaki bersikeras, agak memaksa.

Ia tidak berhenti di sana.

“Lagi pula, tidak seorangpun di dunia ini yang hanya ingin membaca jilid empat dan sembilan—saya pertaruhkan selai saya!”

“Jika yang kau maksud adalah selai yang kau makan tadi, setoples hanya sekitar lima dolar.” Min Ayahana-sensei pasti kecewa.

“Ikuti saja, Misora, bahwa ketika pembunuh memindahkan kedua jilid itu dari ruangan ia mempunyai sesuatu yang lain, alasan yang sepenuhnya tidak berkaitan untuk dilakukannya.”

“Selama itu benar bahwa kedua jilid itu hilang, mengabaikan logika dan kemungkinan pada saat ini dan mengikuti sepanjang hipotesa ini… masih aneh, bukan? Maksudku, Ryuzaki, rak buku ini…” Tersusun penuh. Sangat rapat sampai-sampai mengambil buku dari rak itu agak sulit. Jika ia benar-benar mengambil dua jilid manga, maka seharusnya di sana ada banyak celah… atau tunggu…

“Ryuzaki. Apa kau tahu berapa jumlah halaman jilid empat dan sembilan Akazukin Chacha?”

“Saya tahu. 192 halaman dan 184 halaman.”

Sebenarnya ia tidak mengharapkannya untuk tahu jawabannya… tapi 192 ditambah 184 adalah 376 halaman. Misora memandang sekilas rak tersebut, mencari di antara lima puluh tujuh jilid buku yang memiliki ketebalan sama dengan 376 halaman manga. Tidak membutuhkan waktu lama. Hanya ada satu buku yang tebal pada rak ini—Insufficient Relaxation oleh Permit Winter.

Sewaktu ia menariknya keluar dari rak, memang, ternyata pas 376 halaman.

Dengan penuh harapan Misora membalik halaman sampai selesai, tapi ia tidak melihat sesuatu yang menarik.

“Ada apa, Misora?”

“Oh… aku ingin tahu jika si pembunuh meletakan sebuah buku di rak sebagai pengganti dua buku yang diambilnya dan jika buku itu adalah pesan yang sebenarnya.”

Berasumsi bahwa itu benar-benar Believe Bridesmaid yang dengan cermat mengatur buku-bukunya untuk mengisi raknya dengan pasti. Mungkin lebih kepada urusan serampangan, dan pembunuh sudah mengisi seenaknya dengan buku yang diambil dari ruangan yang lain—dan oleh perpanjangan dari garis pemikirannya, tidak ada yang mengatakan jika Akazukin Chacha sebenarnya milik Believe Briedsmaid pada awalnya. Dengan tidak adanya penanda buku, mungkin saja semua bagian adalah pesan pembunuh—lalu bagaimana jika memang begitu? Jika itu kasusnya, hanya perlu membuat semua menjadi lebih meyakinkan kalau ada sejenis pesan di sini. Tapi jika tidak ada sesuatu yang luar biasa tentang buku itu sendiri, maka seluruh teori gugur. Tidak lebih dari omong kosong.

“Bukan ide yang buruk. Tidak, lebih dari ide yang bagus—tidak ada apa-apa lagi yang bisa dipertimbangkan,” ujar Ryuzaki, menggapai tangannya ke arah Misora.

Pada saat itu ia mengira Ryuzaki ingin menjabat tangannya, dan panik, namun kemudian Misora menyadari ia hanya ingin buku Insufficient Relaxation. Diserahkannya buku itu padanya. Ryuzaki mengambil buku tersebut dari genggamannya dengan jari telunjuk dan ibu jari, dan mulai membacanya. Pembacaan cepat—ia menghabiskan seluruh 376 halaman dengan sangat cepat.

Ia hanya membutuhkan kurang dari lima menit untuk membaca seisi buku itu. Misora tertarik untuk menyuruhnya membaca Natsuhiko Kyogoku.

“Begitu!”

“Eh? Kau menemukan sesuatu?”

“Tidak. Sama sekali tidak ada apapun di sini. Jangan melihat saya seperti itu. Saya bersumpah, saya tidak bercanda. Ini hanya novel hiburan biasa, bukan pesan, atau bahkan kiasan seperti Wara Ningyo. Dan tentunya, tidak ada huruf yang tersembunyi di antara halaman, ataupun sesuatu yang ditulis tergesa-gesa di pinggiran halaman.”

“Pinggiran halaman?”

“Ya, tidak ada apapun di pinggiran halaman selain nomor halaman.”

“Nomor halaman?” ulang Misora. Nomor halaman… nomor? Angka, seperti… angka Romawi? “Ryuzaki, umpamakan sayatan pada dada korban adalah angka romawi, apa yang dikatakannya?”

“16, 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, dan 31.”

Ingatan yang bagus. Bahkan tidak perlu melihat gambarnya lagi. Ingatan  yang sangat tajam—yang pertama nomor halaman pada buku, dan sekarang ini.

“Ada apa dengan angka-angka itu?”

“Aku hanya ingin tahu apakah mereka menunjuk pada halaman di buku ini, tapi… dua dari angka itu adalah empat digit. Buku itu hanya mempunyai 376 halaman. Tidak sesuai.”

“Ya… tidak, Misora, bagaimana jika itu diputar balik? Misalnya, 476 bisa berarti 376 ditambah seratus, dan menunjukkan halaman 100.”

“…Maksudnya apa?”

“Saya tidak tahu. Tapi mari dicoba dulu… 16 mudah, halaman 16. 59, 1423, 159, 13, 7, 582, 724, 1001, 40, 51, 31…”

Ryuzaki menyipitkan mata hitam bundarnya.

Bahkan tanpa melihat buku. Serius? Bahkan pada kecepatan membacanya, ia juga mengatur untuk mengingat seluruh isi dengan sempurna? Apakah itu mungkin? Bisakah ia benar-benar melakukannya? Bagaimanapun, Misora hanya bisa berdiri dan menunggu.

“…Begitu.”

“Tidak ada apapun di sana?”

“Tidak… ada sesuatu di sana. Sesuatu yang sangat spesifik, Misora.” Ryuzaki menyerahkan buku Insufficient Relaxation kembali pada Misora. “Buka halaman 16,” katanya.

“Oke.”

“Apa kata pertama di halaman itu?”

Quadratic.”

“Selanjutnya halaman 59. Kata pertama pada halaman itu?”

Ukulele.”

“Selanjutnya halaman 295. 1423 berputar tiga kali, dan mengenai 295 pada putaran keempat. Kata pertamanya?”

Tenacious.”

Mereka melanjutkan. 159 tetap halaman 159, 13 tetap halaman 13, 7 tetap halaman 7, 582 adalah halaman 206, 725 adalah halaman 348, 1001 adalah halaman 249, 40 tetap halaman 40, 51 tetap halaman 51, dan 31 tetap halaman 31, pada setiap halaman, Misora membacakan kata pertamanya. Urutannya: “rabble,” “table,” “egg,” “arbiter,” “equable,” “thud,” “effect,” “elsewhere,” dan “name.”

“Begitulah.”

“Jadi… tentang apa itu?”

“Ambil huruf pertama pada setiap kata.”

“Huruf pertama? Um…”

Misora melihat setiap halaman itu lagi. Ia tidak mempunyai ingatan yang buruk, tapi tidak mampu mengingat dua puluh kata sekaligus. Paling tidak, bukan tanpa diperingatkan di depan kalau ia perlu melakukan itu juga.

“Q-U-T-R-T-E-A-E-T-E-E-N… qutr tea teen? Apa?”

“Sangat mirip dengan nama korban kedua, bukankah begitu?”

“Kukira…”

Korban kedua. Gadis berusia tiga belas tahun. Quarter Queen.

“Ada kemiripan yang samar… Quarter Queen… hanya empat huruf yang berbeda.”

“Ya. Bagaimanapun,” kata Ryuzaki, malas. “Empat dari dua belas huruf itu terlalu banyak. Sepertiga darinya salah. Bahkan jika satu huruf saja yang berbeda, maka semua teori runtuh. Kecuali itu cocok sepenuhnya, itu tidak bernilai disebut sebuah pesan. Saya pikir mungkin ada sesuatu di sana, tapi mungkin hanya sebuah kebetulan…”

“Tapi… untuk sebuah kebetulan…” Itu sangat jelas.

Bagaimana bisa?

Itu pasti disengaja. Disengaja… atau abnormal.

“Tenang, Misora… jika itu tidak cocok, maka tidak cocok. Kita sudah sangat dekat, tapi…”

“Tidak, Ryuzaki. Pikirkan lagi. Semua keempat angka yang salah itu sesuai dengan angka di atas 376. Itu semua angka yang harus kita putar balik.”

Ia membalik halaman itu terus, memeriksanya lagi. Halaman 295, kata pertama: tenacious, huruf pertama: T, huruf kedua E, huruf ketiga N, huruf keempat… A.

“Tiga kali lewat, dan pada putaran keempat… kita tidak menggunakan huruf pertama, tapi huruf keempat. Bukan T, tapi A. Dan pada 582, dan arbiter, sekali berputar dan pada putaran kedua memberi kita R daripada A. Yang mengubah Qutrtea menjadi Quarter.”

Dengan logika yang sama, “equable” adalah 724, jadi sekali lewat, pada putaran kedua, huruf kedua: Q. Dan pada 1001 dan “thud”—bukan T, tapi U. Mengubah Eteen menjadi Queen. Quarteer Queen.

L benar.

Si pembunuh meninggalkan pesan.

Sayatan pada tubuhnya, dua buku yang hilang—pembunuh itu telah meninggalkan pesan. Sama seperti teka-teki silang yang dikirimnya ke polisi, pesan yang menggambarkan korban selanjutnya…

“Kerja bagus, Misora,” ujar Ryuzaki, tenang. “Deduksi yang bagus sekali. Saya tak pernah terpikirkan hal itu.”

---

Berikutnya: Bab 3 - Berlawanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar